Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan yang ada disekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.
Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya karena tanpa komunikasi, masyarakat tidak mungkin terbentuk, begitu pula sebaliknya, tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. (Schramm,1988).
Dalam ilmu komunikasi, ditinjau dari penyampaiannya baik media ataupun caranya dibedakan menjadi dua bagian yaitu, komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Pada umumnya, komunikasi langsung dan tidak langsung ini terjadi pada jenis komunikasi lisan yang mana dibicarakan dengan bahasa verbal dan langsung dari mulut komunikator. Komunikasi langsung merupakan proses komunikasi yang dilakukan secara langsung atau tatap muka, seperti halnya ketika kita berbicara dengan orang lain tanpa adanya perantara atau media komunikasi sebagai pengantar pesan atau informasi. Sedangkan, komunikasi tidak langsung merupakan proses dari suatu komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung alias memerlukan bantuan alat komunikasi yang fungsinya sebagai media komunikasi.
Komunikasi telah memperpendek jarak, menghemat biaya, menembus ruang dan waktu. Komunikasi berusaha menjembatani antara pikiran, perasaan, dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi membangun kontak-kontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak, sikap dan perilaku orang lain. Komunikasi membuat cakrawala seseorang menjadi makin luas, misalnya saat seseorang hanya duduk di depan alat elektronik seperti tv maupun radio mereka bisa mendapatkan informasi dan juga seseorang bisa melakukan komunikasi atau chatting dengan menggunakan telpon pintar mereka.
Teknologi komunikasi sekarang ini menjadi sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari manusia, karena pada era digital saat ini, kita di manjakan dengan kemudahan berkomunikasi, memperoleh informasi, berbagi konten, serta menuliskan pendapat mereka melalui fasilitas internet. Dunia pun bagaikan dalam genggaman, semua bisa dijamah dalam sebuah layar hanya dengan ujung jari. Sebut saja handphone, televisi, dan radio yang merupakan teknologi yang sampai saat ini tetap menjadi primadona bagi beberapa orang dalam kehidupannya untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi, yang saling berhubungan satu sama lain menggunakan jaringan internet.
Perkembangan teknologi komunikasi ini memang sangat membantu bagi kehidupan masyarakat terhadap kemudahan dalam proses komunikasi dan mendapatkan informasi. Tapi ada kalanya perkembangan ini juga dapat merugikan, misalnya ketika kita ingin memperoleh informasi, hal tersebut bisa didapatkan melalui internet, kita hanya perlu melihat di komputer atau smartphone yang dimiliki dan tidak berinteraksi didunia nyata. Penyebaran beritanya pun tidak harus bertemu, cukup mengirim pesan lewat jejaring sosial atau pesan singkat. Kemajuan teknologi komunikasi juga membuat orang cenderung membentuk kelompok. Kelompok yang membedakan status sosial, yang membeda-bedakan teman. Orang menjadi anti sosial dengan kehidupan nyata dan cenderung hanya berkutat dengan dunia maya. Dia akan menjadi penyendiri di dunia nyata tapi mempunyai banyak teman di dunia maya sehingga sangat mempengaruhi perilaku sosialnya di dunia nyata. Bahkan sekarang, walaupun kita sedang berkumpul dengan teman atau orang lain, kebanyakan dekat secara jarak tapi jauh secara komunikasinya, karena hanya disibukkan dengan gadget mereka. Sebenarnya lebih menyenangkan kalau kita bisa berteman dan bereksploitasidi dunia nyata, banyak hal yang menyenangkan di dunia nyata yang bisa dibuat, dirasakan dan dibagikan.
Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya, artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Teori Kegunaan dan Kepuasan: Herbert Blumer dan Elihu Katz). Seperti bagaimana pengguna media sosial menjadi sangat peduli terhadap hal-hal seperti, ingin terkenal dengan berpikiran bahwa berapa banyak followers atau pengikut yang mereka miliki, dan cenderung untuk memikirkan dirinya sendiri. Aplikasi sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya yang banyak berada di smartphone, cenderung membuat penggunanya terkena dampak dari Phantom Vibration Syndrome. Sindrom itu digambarkan sebagai suatu gejala dimana pengguna selalu mengecek ponselnya untuk melihat apakah ada pesan atau notifikasi yang masuk untuknya, padahal ponsel tersebut tidak memberikan notifikasi apapun.
Menurut data terbaru dari We Are Social, pengguna internet aktif di seluruh dunia kini mencapai angka 3,17 miliar. Dari tahun ke tahun, jumlah pengguna internet bertumbuh hingga 7,6 persen. Pertumbuhan pengguna internet ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan pengguna media sosial dan mobile sebagai suatu teknologi komunikasi. Menurut laporan yang sama, pengguna media sosial yang aktif kini mencapai 2,2 miliar, sedangkan pengguna mobile mencapai 3,7 miliar. Menariknya, pertumbuhan yang paling signifikan ditunjukkan oleh pengguna yang mengakses media sosial melalui platform mobile. Sebenarnya berkomunikasi dan berbagi lewat jejaring sosial media tidak ada yang salah, saya sebagai penulis juga merupakan pengguna aktif media sosial, yang menyadari juga pentingnya media sosial sebagai suatu teknologi komunikasi dan akses informasi.
Oleh karena itu, kita sebagai pengguna media harus lebih kritis memandang penggunaan media karena tidak semua orang siap dengan kehadiran teknologi. Siap disini artinya siap dalam membendung pengaruh-pengaruh negatif yang kemungkinan besar dapat mengancam semua pengguna media bila tidak memiliki filter yang tepat. Dampak negatif yang sudah terjadi bisa dianggap sebagai sebuah pembelajaran di masa depan agar tercipta kontrol yang baik, terutama bagi masyarakat Indonesia supaya generasi mudanya tidak terjerumus dalam hal yang menyimpang, maka alangkah baiknya pengetahuan tentang penggunaan teknologi yang baik lebih di intensifkan guna sebagai wujud pencegahan dini. Sebagai generasi muda kita harus mampu memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bangsa dan diri kita sendiri.
Penulis: Akbar, mahasiwa Program Studi (Prodi) Sosiologi Universitas Negeri Makassar (UNM) angkatan 2017.