Makassar, Estetika – Baru dua pekan digunakan sebagai platform e-learning wajib dalam perkuliahan daring, SYAM-OK sudah menuai berbagai keluhan dari mahasiswa.

Mulai dari sulitnya akses login, server down, dan fitur yang rumit, hingga dua mahasiswa dikeluarkan dari WhatsApp group kelasnya, disinyalir karena mengeluhkan SYAM-OK.*

Hasil jajak pendapat Tim Penelitian dan Pengembangan (Litbang) LPM Estetika juga menunjukkan hal serupa, 97,5% responden mengaku mengalami kendala dalam menggunakan SYAM-OK.

Seperti apa polemik SYAM-OK di kalangan mahasiswa dan dosen Universitas Negeri Makassar (UNM)? Reporter Estetika mengadakan penelusuran mendalam dengan menemui berbagai narasumber.

Keluhkan SYAM-OK, Dua Mahasiswa Dikeluarkan Dari Group WhatsApp

Rabu (17/2), Fulan (bukan nama sebenarnya), mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) dikeluarkan dari WhatsApp group kelasnya setelah mengeluhkan SYAM-OK.

Selang dua hari, Jumat (19/2) giliran Mawar (bukan nama sebenarnya) mengalami nasib serupa oleh dosen yang sama.

Sontak tangkapan layar yang menunjukkan bukti dosen mengeluarkan mahasiswa menjadi viral, sehingga ramai diperbincangkan hingga mendapat komentar miring di kalangan mahasiswa.

Ilustrasi oleh Miza Amali/Estetikapers.

Mawar menjelaskan bahwa dosen meminta mahasiswa untuk meninggalkan group jika masih ingin mengeluh soal SYAM-OK.

“Kok malah dikeluarkan dari group. Wajar kalau saya salah paham ‘silahkan left grup’ sebagai pengusiran. Itu juga mengenai helpdesk katanya bisa ajukan keluhan. Barusan saya buka ternyata tidak bisa ji,” ungkapnya saat diwawancarai pada Jumat (19/2) lalu.

Si Fulan mengaminkan kejadian tersebut. Katanya SYAM-OK selalu bermasalah seperti server down, tidak bisa login, sistem absensi yang rumit, sampai submit kelas yang sering eror sehingga mempersulit mahasiswa.

Menanggapi hal tersebut, Reporter Estetika menghubungi dosen yang bersangkutan, Tasya (bukan nama sebenarnya) untuk meminta klarifikasi. Ia menganggap masalah tersebut adalah persoalan pribadi yang bisa diatasi di luar pesan grup.

“Saya mau mengajar dan saya anggap chatnya mengganggu, jadi saya remove untuk sementara,” tuturnya.

“Mahasiswanya terus berkomentar. Toh ada beberapa mahasiswa lainnya yang tidak bisa submit tugas kami bantu, asal meminta dengan baik,” lanjutnya.

Di samping itu, Wakil Dekan Bidang Akademik, Sahril Nur, mengimbau mahasiswa untuk bersabar jika terdapat kendala dalam menggunakan SYAM-OK.

“Mahasiswa bisa mengadukannya langsung dengan dosen yang bersangkutan jika dosen itu paham. Namun jika tidak, maka mahasiswa harus lebih sabar menunggu,” ucapnya.

Alih-alih mengeluarkan mahasiswa, dua narasumber kami justru memiliki cara berbeda dalam menangani mahasiswa yang terkendala, seperti Susiawati.

“Jika ada mahasiswa yang mengalami kendala dalam mengakses SYAM-OK, saya akan ajar dia agar tau harus berbuat apa,” jelas Dosen Bahasa Arab tersebut.

Begitupun dengan Herlina selaku Dosen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang memilih memberikan kelonggaran kepada mahasiswa untuk menyampaikan kendalanya melalui pesan WhatsApp group.

Hasil Survei Tim Litbang LPM Estetika

Berbagai bisikan keluhan sudah sampai ke meja redaksi Estetika. Untuk memperjelas masalah yang dihadapi mahasiswa, Tim Litbang LPM Estetika mengadakan jajak pendapat di lingkup FBS UNM terkait penggunaan SYAM-OK yang dilaksanakan selama enam hari, Rabu-Senin (17-22/2).

Survei yang melibatkan 159 responden dari delapan program Studi (Prodi) di FBS UNM ini menunjukkan 97,5% atau 155 mahasiswa mengatakan SYAM-OK memiliki kendala dalam perkuliahan daring dan 2,5% atau 4 mahasiswa mengatakan penggunaan aplikasi SYAM-OK membuat kuliah lebih efektif.

Selain itu, sebanyak 80,5% atau 128 mahasiswa mengaku bahwa SYAM-OK tidak efisien, hanya 19,5% atau 31 mahasiswa yang menganggap SYAM-OK membantu perkuliahan daring.

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, Nur Hikmah Yulfira Hakam, mengungkapkan tidak efisiennya penggunaan SYAM-OK.

“Sangat susah untuk diakses, sering error, dan menyulitkan kami sebagai mahasiswa untuk absen. Absen jadi telat karena kelamaan menunggu, bahkan bisa sampai seharian. Tentu sangat merugikan kami dan kurangnya pemahaman dalam penggunaan aplikasi ini,” jelas mahasiswa angkatan 2018 tersebut.

Di sisi lain, mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab, Nisrina Fatin, mengungkapkan bahwa SYAM-OK sudah bagus, hanya saja sering error jika banyak yang mengakses.

“Aplikasinya sudah sangat bagus dan tentunya membantu proses perkuliahan daring.Tetapi karena SYAM-OK menjadi media tunggal dalam perkuliahan daring, servernya jadi sering down,” paparnya.

Selengkapnya hasil jajak pendapat LPM Estetika dapat diakses melalui: JAJAK PENDAPAT: KELUHAN MAHASISWA FBS UNM TERKAIT PENGGUNAAN SYAM-OK

Tim Pengembang SYAM-OK Akui Ada Masalah

Untuk mengetahui spesifik teknis SYAM-OK, Reporter LPM Estetika menghubungi Tim Pengembang pada Selasa (23/2) kemarin.

Keluhan mahasiswa terkait SYAM-OK diakui Tim Pengembang terjadi karena beberapa faktor, antara lain jumlah pengguna melebihi 40.000 user, sistem yang masih baru, kapasitas bandwidth, dan masalah teknis lainnya, sehingga sistem ini masih terus dimonitoring dan diperbaiki.

“Apapun yang tumbuh itu selalu pasti ada masalah. Justru masalah itulah yang membuat kita nanti selalu melakukan perbaikan,” terang Hartoto.

Simak hasil wawancara khusus Tim Pengembang terkait perkembangan SYAM-OK berikut: WANSUS TIM PENGEMBANG SYAM-OK: MASALAH MEMBUAT KITA SELALU MELAKUKAN PERBAIKAN

*Catatan: Mahasiswa yang telah dikeluarkan dari WhatsApp group kelasnya, sudah ditambahkan kembali ke dalam group.

Reporter: Tim Estetika

Mengenai laporan yang kami susun ini, pihak yang merasa tidak sependapat dengan hasil laporan, silakan mengirimkam hak jawab di surel redaksi@estetikapers.com, baik berupa saran, kritik, atau tanggapan ralat hingga tuntutan penurunan laporan.