Parangtambung, Estetika – “Penerangan akan diusahakan asalkan tidak ada aktivitas malam,” tegas Wakil Dekan Bidang Keuangan (WD II) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM), Muhammad Saleh, saat ditemui di ruangannya, Selasa (2/8).

Ia menuturkan akan mengupayakan fasilitas penerangan di Kampus Ungu tersebut dengan catatan mahasiswa menghentikan segala aktivitas yang dilakukan pada malam hari di lingkungan FBS.

Pada malam hari, penerangan yang ada di FBS memanglah minim jika dibandingkan dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), terutama di bagian pintu masuk, parkiran, hingga lapangan basket.

Suasana Kampus FBS UNM di malam hari. Foto: Lucky Palamba/Estetikapers.

Menanggapi hal tersebut, salah seorang mahasiswa, Muhammad Fakhrul Armas, mengatakan bahwa aktivitas malam menjadi waktu bagi mahasiswa untuk berlembaga karena pagi dan siang hari digunakan untuk urusan akademik.

“Menurut saya tidak apa-apa jika ada kegiatan malam karena pagi sampai sore itu dimanfaatkan untuk akademik apalagi jika sudah offline,” ujarnya.

Lebih lanjut, Fakhrul justru menyayangkan sikap WD II yang menyangkutpautkan antara penyediaan fasilitas penerangan dengan kegiatan malam padahal hal itu merupakan kebutuhan kampus.

“Logikanya buat apa ada kebijakan larangan aktivitas malam dengan fasilitas penerangan, sementara itu memang kebutuhan kampus,” lanjut mahasiswa angkatan 2019 itu.

Tidak Hanya Penerangan, Mahasiswa Turut Keluhkan Fasilitas Lainnya

Tidak sedikit mahasiswa FBS yang mengeluhkan kurangnya fasilitas. Pasalnya, fasilitas kampus merupakan kebutuhan primer bagi mahasiswa.

Salah seorang mahasiswa FBS UNM, Regita, menjelaskan bahwa fasilitas yang paling ia soroti ialah WC yang tidak berfungsi dengan baik dan kurangnya WC di dalam kampus.

“Di dalam FBS ada ratusan mahasiswa. Beberapa WC tidak berfungsi dengan baik, klosetnya rusak, tidak adanya lampu dan kurangnya WC di kampus,” jelasnya.

Keadaan salah satu toilet yang telah rusak. Foto: Lucky Palamba/Estetikapers.

Ia menyarankan WC harus lebih diperhatikan mengingat beberapa kali ada kegiatan yang menghadirkan pendatang dari luar sehingga perlu dibenahi.

“Biasanya kita mengadakan kegiatan-kegiatan di kampus yang mendatangkan pendatang dari luar, sehingga WC sangat dibutuhkan,” lanjut mahasiswa angkatan 20 tersebut.

Tak hanya WC, Regita turut menyoroti buku di perpustakaan yang perlu diperbanyak agar dapat dijadikan mahasiswa sebagai sumber referensi.

“Perpustakaan di FBS hanya menyediakan skripsi mungkin bisa ditambahkan buku buku-buku lain,” katanya.

Penampakan perpustakaan yang didominasi oleh skripsi mahasiswa FBS UNM. Foto: Mildawati/Estetikapers.

Berangkat dari keluhan tersebut, Tim Estetika mendatangi WD II untuk memperoleh keterangan lebih lanjut.

Saat ditanyakan mengenai buku perpustakaan yang kurang memadai, WD II menjanjikan bahwa penambahan buku akan dilakukan.

Ia juga menyebut kini teknologi semakin berkembang pesat, sehingga banyak buku yang sudah dapat diakses secara online dan lebih praktis.

“Penambahan buku pasti akan diusahakan, di samping itu kita juga kita sudah di era teknologi yang menyediakan buku-buku secara online kelihatannya lebih praktis sekarang sehingga disediakan wifi di kampus,” ujarnya.

Menanggapi persoalan WC, WD II mengaku staff selalu memastikan kebersihannya, namun justru mahasiswa yang kurang memperhatikan hal tersebut.

“Staff selalu memperhatikan kebersihan WC tetapi banyak juga mahasiswa yang tidak terlalu memperhatikan hal itu,” ucap WD II saat ditemui siang itu.

Meski mengaku selalu memastikan kebersihan, penampakan berbeda justru ditemui oleh Tim Estetika saat mengunjungi WC utamanya depan pohon Aristoteles.

Tercium bau menyengat disertai kebersihan WC yang tidak terjaga dengan baik. Selain itu, terdapat pula kotoran manusia yang tidak disiram.

Petugas Kebersihan Ungkap AC dan Gembok Sudah 20 Tahun Tidak Diganti

Fasilitas kampus sebagai prasana yang disediakan untuk mahasiswa mestinya mendapat perhatian khusus.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun dari petugas kebersihan, Tim Estetika justru menemukan fakta beberapa fasilitas kampus yang tidak pernah diperbarui hingga 20 tahun lamanya.

Kondisi gembok ruangan DH 102 FBS UNM. Foto: Rada Dhe Anggel/Estetikapers.

Saat ditemui, salah seorang petugas kebersihan menuturkan bahwa Air Conditioner (AC) ruangan dan gemboknya telah berusia 20 tahun namun tidak pernah diganti.

“20 tahun ma kerja ada memangmi ini AC ruangan sama gembok tapi belum diganti-ganti,” ucapnya.

Sementara itu, salah seorang mahasiswa berinisial FM turut berkomentar terhadap fasilitas AC tersebut.

Ia berujar kampus juga bertanggung jawab untuk merawat fasilitas yang ada, bukan hanya menjadi penyedia semata.

“Fasilitas bukan cuman diperadakan tapi berhak untuk dirawat dan Jika sudah 20 tahun seharusnya diganti karena sudah tidak memenuhi standar,” ujarnya.

Lebih lanjut, FM menerangkan dirinya sukar belajar dalam keadaan AC yang mati karena menyebabkan ketidaknyamanan.

“Saya bisa berpikir kalau keadaan nyaman. Kalau AC mati menimbulkan ketidaknyamanan dalam kelas dan tidak bisa berpikir,” terangnya

Mendengar hal itu, WD II justru menyangkal tidak tahu menahu perihal kabar tersebut. Saleh berdalih jangka waktu jabatannya belum genap 20 tahun sehingga tidak mengetahuinya.

Ia juga menjelaskan bahwa selama AC masih bisa berfungsi dan diperbaiki maka tidak akan ada pergantian.

“Saya baru dengar itu. 20 tahun itu masa jabatan saya belum sampai segitu. Maksudnya mungkin lama. Selama masih bisa diperbaiki yah kita perbaiki. Jika tidak bisa kita ganti,” jelasnya.

Perlunya Penataan terhadap Bangunan

Berbeda dengan mahasiswa lain, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa FBS, Syahril, justru mengeluhkan ruang kelas yang tidak sepadan dengan mahasiswa FBS serta bentuk bangunan perpustakaan. Hal itu dijelaskan saat ditemui oleh Reporter Estetika, Jumat (24/6) lalu.

Bentuk gedung Perpustakaan FBS UNM yang menghadap Fakultas Seni dan Desain (FSD), Senin (12/9). Foto: Lucky Palamba/Estetikapers.

Syahril menyampaikan bahwa ruang kelas kurang memadai untuk jumlah mahasiswa yang ada di FBS apalagi jika ke depannya perkuliahan akan dilaksanakan secara luring.

“Ruang kelas belum cukup memadai dengan jumlah mahasiswa FBS, apalagi di tahun kemarin pembelajaran dilakukan secara hybrid dan sekarang sudah mulai full offline ruangan kelas sudah pasti tidak mencukupi mahasiswa,” katanya.

Lebih lanjut, ia juga mengeluhkan posisi pintu perpustakaan FBS yang menghadap ke Fakultas Seni disertai jumlah buku yang kurang memadai untuk menunjang pembelajaran.

“Perpustakaan perlu dibenahi karena selain sisi pintu bangunan yang menghadap ke Fakultas Seni, buku juga kurang. Kita lihat realitanya sekarang buku yang ada di perpustakaan hanya kumpulan skripsi,” tutur mahasiswa angkatan 2017 tersebut.

Menanggapi keluhan Presiden BEM FBS, WD II, mengatakan bahwa pintu gedung perpustakaan menghadap Fakultas Seni karena merupakan bangunan yang sudah cukup lama.

“Gedung perpustakaan yang menghadap ke seni sebenarnya situasi lama, dulu hadapannya bagus sebelum ada pemisahan,” katanya.

Ia juga menampik tidak memiliki wewenang dalam hal pembangunan gedung seperti ruang kelas.

“Mengenai pembangunan ruangan kami tidak punya kapasitas,” ucapnya singkat.

Motor Membludak, Parkiran di FBS Tidak Teratur

Lahan parkir FBS UNM alami kelebihan kapasitas dengan membludaknya motor mahasiswa. Hal ini dipicu oleh kebijakan kampus yang menerapkan perkuliahan secara hybrid dengan kapasitas 70% luring.

Kondisi parkiran motor mahasiswa FBS UNM, Selasa (13/9). Foto: Rada Dhe Anggel/Estetikapers.

Tidak adanya area parkir yang jelas, membuat beberapa motor terpakir di sekitar area belakang fakultas, belakang panggung Bengkel Sastra (Bestra) hingga di dekat lapangan basket.

Melihat fenomena tersebut, Tim Estetika kembali mendatangi WD II, Muhammad Saleh.

Ia menyebut hal tersebut sudah diekspektasikan sebelumya. Saleh mengatakan solusi untuk menangani itu adalah cukup memanfaatkan seluruh lahan yang tersedia.

“Sudah diekspektasi. Solusinya kita manfaatkan lahan yang ada,” ucapnya sore itu di ruangannya.

Sejatinya pihak birokrasi harus mempersiapkan seluruh fasilitas sebelum dimulainya perkuliahan semester gasal. Namun menilik fakta lapangan yang ada, birokrasi masih dianggap belum siap dalam melaksanakan perkuliahan offline dilihat dari lahan parkiran yang belum memadai.

Beberapa Fasilitas Terindikasi Dirusak Oleh Oknum Mahasiswa

Hal lainnya justru dikemukakan WD II saat diwawancarai Tim Estetika. Ia membeberkan bahwa FBS dulunya memiliki CCTV, akan tetapi ada oknum mahasiswa yang telah merusaknya.

Bukan hanya CCTV, Saleh mengaku banyak mahasiswa yang juga mengambil lampu di sepanjang ruangan DH.

“Pernah ada pemasangan CCTV, namun ada mahasiswa yang merusaknya. Banyak juga mahasiswa yang mengambil lampu sepanjang ruangan DH,” ucapnya.

Saleh turut menyinggung kejadian beberapa tahun lalu, di mana CCTV pernah dirusak sebelum terjadinya tawuran.

“Bahkan beberapa tahun lalu, jikalau akan ada tawuran CCTV dirusaki oleh mahasiswa,” lanjutnya.

Di akhir wawancara, ia berpesan agar mahasiswa lebih menjaga fasilitas kampus yang bisa dimulai dari hal kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya.

“Jaga fasilitas mulai dari hal-hal kecil seperti sampah yang di buang pada tempatnya,” tutupnya.

Pesan tersebut mestinya memang diindahkan. Namun apa jadinya jika hal itu hanya menjadi pesan semata, sedangkan fasilitas yang sediakan tidak ada.

Berdasarkan pantauan Tim Estetika, hanya ada satu tempat sampah kecil yang disediakan di sepanjang gedung DH lantai satu. Jika demikian, bagaimana mahasiswa bisa mengindahkan pesan WD II?

Terlihat satu tempat sampah kecil di Gedung DH Lantai 1 FBS UNM, Selasa (13/9). Foto Rada Dhe Anggel/Estetikapers.

Banyaknya permasalahan yang terjadi menunjukkan ketidaktanggapan kampus dalam mengelola fasilitas. Padahal, kampus berwenang menjamin sarana dan prasana demi menunjang efektifitas pembelajaran.

Sangat disayangkan, mahasiswa mesti merogoh kocek yang besar demi menempuh pendidikan di perguruan tinggi sedangkan fasilitas yang didapatkan malah tidak sebanding dengan yang dibayarkan.

Di lain sisi, sebagai pemakai fasilitas mahasiswa juga berkewajiban menggunakannya dengan tepat dan sesuai kebutuhan.

Jika kedua hal tersebut sejalan, maka bukan tidak mungkin permasalahan fasilitas tidak lagi diperdebatkan sana-sini. Jadi, apakah itu bisa terwujud di FBS?

Reporter: Tim Estetika

Mengenai laporan yang kami susun ini, pihak yang merasa tidak sependapat dengan hasil laporan, silakan mengirimkan hak jawab di surel redaksi@estetikapers.com, baik berupa saran, kritik, atau tanggapan ralat hingga tuntutan penurunan laporan.