Kalong atau kelelawar merupakan hewan yang sangat pemalu dan hanya beraktivitas saat malam hari. Di kota Soppeng, kelelawar hidup dengan damai di tengah kota dan hidup berdampingan dengan banyak pepohonan, bunga-bunga yang beraneka ragam serta beberapa gedung-gedung di sekitarnya. Salah satu pusat perhatian di Watansoppeng adalah Taman Kalong. Selain menjadi pusat perhatian, taman ini juga merupakan tempat wisata bagi warga Soppeng. Taman kalong ini berada di tengah perkotaan, yang dimana letaknya sekitar 200 meter dari bangunan kuno Villa Yuliana.

Di balik dari keunikan bentuk bangunan Villa Yuliana yang berpaduan dengan gaya Eropa bercampur Bugis, bangunan tersebut memiliki sejarah. Villa Yuliana dibangun pada masa kolonial pada tahun 1905 dan diresmikan setahun setelahnya, yaitu 1906 bertepatan dengan kelahiran putri Yuliana, anak yang paling ditunggu-tunggu kehadirannya oleh Ratu Wilhelmina. Tempat ini dibangun sebagai tempat untuk istirahat bagi para petinggi kerajaan Belanda yang berkunjung ke Sulawesi Selatan. Saat para kolonial mengunjungi kota Soppeng tepatnya di Villa Yuliana, mereka merasa tenang dan tenteram sehingga Raja Soppeng memiliki kesepakaan dengan para kolonial bahwa mereka boleh berkunjung ke Soppeng kapan pun yang mereka inginkan asalkan tidak mengganggu keamanan, ketenteraman dan kedamaian warga Soppeng. Raja Soppeng lebih memilih adanya kedamaian antar sesama tanpa adanya pertumpahan darah sedikit pun.

Oleh karena itu, bangsa kolonial memutuskan untuk berdamai dengan Raja Soppeng dan masyarakatnya dimana mereka telah sepakat untuk membangun Villa Yuliana di tengah perkotaan tersebut. Seiring berjalannya waktu hingga berakhirnya masa kedudukan pemerintahan Belanda di Soppeng, Bumi Latemmamala sejak tahun 1957 sampai 1992 Villa Yuliana ini sudah tidak lagi beroperasi. Namun, pada tahun 1995 Villa Yuliana ini mulai digunakan kembali sebagai asrama yang ditempati khusus untuk Pemkab Soppeng atau beberapa pemuda kepolisian dan pegawai pemadam kebakaran. Walaupun bangunannya sudah berusia ratusan tahun, bangunan ini belum pernah direnovasi, begitupun dengan perpaduan warna yang tetap dipertahankan, yakni perpaduan antara warna putih dan warna hijau tua.

Bentuk bangunan ini memiliki konsep asimetris yang bermakna bahwa bangunan ini berwibawa dan melambangkan suatu keadilan. Bangunan ini bukan hanya sebagai tempat wisata atau museum benda-benda bersejarah, melainkan bisa menjadi tempat belajar dan melihat suasana khas di masa lampau. Di dalam gedung ini, terdapat beberapa benda bersejarah seperti uang koin zaman dahulu, alat ukir, benda fosil tulang kerangka, fosil gigi kerbau hutan dan beberapa foto-foto saat ratu Yuliana berkuasa di daerah Soppeng, tidak lupa juga foto Dongiri Temmatipa, salah satu falsafah hidup orang Soppeng. Sekarang, Villa Yuliana sudah menjadi tempat museum atau wisata yang menarik beberapa masyarakat terutama masyarakat Soppeng dan memiliki pemandangan alam dari ketinggian yang sehingga bisa melihat keindahan kabupaten Soppeng saat dilihat dari atas bukit.

Setelah mengelilingi Villa Yuliana atau Museum Latemmamala, ada tempat untuk istirahat yang cukup sejuk yang dinamakan Taman Kota. Di sana, kita bisa duduk santai sambil menikmati pemandangan alam yang ada di sekitar Taman Kota dan Villa Yuliana. Selain itu, kita juga bisa menikmati matahari terbenam hingga datangnya malam hari disertai dengan banyaknya kalong atau kelelawar yang bergelantungan di atas pohon di sekitar Taman Kota. Menurut orang zaman dahulu yang sekarang menjadi mitos masyarakat Soppeng, jika seseorang kejatuhan kotoran kelelawar ini maka akan mendapat jodoh orang asli Soppeng.

*) Opini ini adalah tanggungjawab penulis sebagaimana tertera. Tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi Estetikapers.com

Penulis: Fitriastuti, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar