AKU, AYAH, DAN SARJANA

Di balik tawa dan canda yang kau berikan
Tersembunyi duka yang tak pernah kau ceritakan
Kadang kala kau terlihat acuh terhadapku
Namun, kasihmu tak pernah membuatku risau
Dia adalah ayahku

Wahai ayah…
Engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa
Menanggung beban hidup demi kebahagiaan kami
Kau rela bertaruh nyawa dengan kerasnya kehidupan
Demi membuatku sukses dan hebat di masa yang akan datang

Lembar demi lembar, waktu berlalu begitu cepat
Kau terus berjuang tanpa mengenal apa itu lelah
Melewati badai kehidupan tanpa mengeluh
Kau tetap tegar dan berdiri di garis terdepan saat kami membutuhkanmu

Ayah…
Siang dan malam tak hentinya kau bekerja
Tanpa mempedulikan badanmu yang sakit
Wajahmu yang keriput dan usiamu yang telah renta
Membuatku selalu ingin menangis
Aku takut jika aku tak dapat membahagiakanmu

Tanganmu yang kasar telah membanting tulang
Mencari nafkah demi menjadikanku seorang sarjana
Keringatmu yang bercucuran menjadi saksi perjuanganmu

Ayah…
Kau adalah lelaki hebat dalam hidupku
Kau rela berkorban demi melihatku menggunakan toga dan memberikan kesuksesan untukmu

Kini, rambutmu telah memutih
Tulangmu mulai rapuh
Namun, cintamu tak pernah pudar
Teruslah menyinari hidup kami, anak-anak mu

Ayah…
Dalam keheningan malam
Kau membisikkan pesan di telingaku
Lalu berkata lirih, “Wahai anakku jangan pernah kecewakan ayah karena ayah selalu memperjuangkan keinginanmu, ayah korbankan seluruh hidup ayah hanya untukmu wahai anakku. Maka, jadilah sarjana yang akan menggemparkan dunia, bahwa anak kuli bangunan sepertimu juga bisa menjadi orang yang hebat. Engkau tau wahai anakku, aku bangga memilikimu”

Siti sakira adalah mahasiswa tingkat I Universitas Negeri Makassar (UNM). Lahir di Malaysia pada 19 Februari 2005, Sakira memiliki darah Bugis dari ayahnya, Maudin, dan darah Makassar dari ibunya, Lenteng. Ia gemar menulis, membaca, dan memasak. Motto hidupnya, “Gagal adalah koma, dan kesuksesan adalah titik,” menjadi penyemangat yang selalu ia pegang.