Estetika – Mungkin saja saat ini, di daerah para pembaca yang siap menyambut hari lebaran, ketupat telah diisi beras, tungku perapian sudah siap memanaskan segala jenis makanan, baju-baju baru terlipat rapi, kambing dan sapi tinggal menunggu giliran untuk disembelih.
Besok sudah Hari Raya Idul Adha, tapi sebagian mahasiswa UNM tentu dibuat dilema dengan keputusan Muharram, PR I UNM dengan pernyataannya yang menegaskan bahwa lebaran kali ini tak ada tambahan libur untuk mahasiswa UNM. Artinya, setelah lebaran usai, esoknya mahasiswa UNM diwajibkan kembali untuk mengikuti aktivitas perkuliahan seperti sedia kala.
Pembaca mungkin sudah membayangkan, betapa membosankannya merayakan Hari Raya di kota Makassar. Kami telah menyusun beberapa alasan yang musti pembaca pikirkan matang-matang sebelum memutuskan untuk memaksa pulang berlebaran ke kampung halaman. Sebab sebagai mahasiswa, kita harus mempertimbangkan dengan baik segala keputusan yang diambil yang nantinya akan berefek ke nilai akademik.
Dengan kondisi seperti demikian, mengapa kita tidak musti pulang ke kampung halaman untuk berlebaran?
1) Biaya Perjalanan ke Kampung Halaman
Mahasiswa dari berbagai daerah yang merantau ke Makassar tentu sudah tahu berapa biaya yang harus keluar setiap kali kembali ke kampung halaman. Kita memang dengan entengnya pulang dan pergi ke kampung halaman tanpa memikirkan bagaimana uang yang kita pakai dari jerih payah orang tua. Uang yang semestinya bisa dibelikan buku baru untuk keperluan kuliah terpaksa harus digunakan pulang ke kampung halaman.
Tak ada yang salah dari itu, namun sebagai mahasiswa perantau semestinya tahu mengatur di mana saja uang saku musti dipakai.
2) Kondisi Tubuh
Jarak yang membentang jauh antara kota Makassar dan kampung halaman teman-teman berkisar antara 1-8 jam atau bahkan ada yang sampai 12 jam perjalanan. Hal itu akan mempengaruhi kondisi tubuh kita. Kesehatan memang hal yang kecil yang selalu kita lupakan untuk memenuhi ego kita yang tinggi.
Waktu libur yang hanya sehari (Rabu), mau tidak mau kemungkinan besar akan kamu tambah. Bisa dipastikan perkuliahan hari Kamis dan Jumat akan terlewat begitu saja. Sementara beberapa dosen di FBS UNM ada yang menerapkan sistem, ketika salah seorang mahasiswa tidak masuk dalam satu pertemuan (kecuali sakit) dipastikan tidak bisa mendapatkan nilai maksimal.
Jika berlebaran di Makassar, waktu libur itu bisa kamu gunakan untuk bersilaturahmi ke teman-temanmu yang masih menetap di Makassar atau teman-temanmu yang dari luar pulau Sulawesi yang tidak bisa pulang karena ongkos perjalanan yang mahal. Malam harinya bisa kamu gunakan untuk mempelajari hal-hal terkait mata kuliah yang akan diajarkan esok harinya.
3) Waktu Libur yang Sudah Terlampau Sering
Semester lalu, libur akademik FBS UNM berjalan antara akhir bulan Mei hingga pertengahan Agustus. Waktu yang kamu gunakan untuk libur akademik berkisar tiga bulan. Itu adalah waktu yang lama. Sebagian besar mahasiswa naik ke Makassar mengurus KRS online dan mengikuti dua hari perkuliahan perdana. Jika libur masih ditambah lagi sampai minggu depan karena hari raya, kita bisa bertanya kepada diri sendiri, sebenarnya tujuan kita ke makassar apakah untuk berkuliah atau hanya untuk mencari kabar kapan lagi libur tiba?
4) Inilah Waktu Tepat untuk Belajar dengan Berbagai Keadaan
Hanya faktor kebiasaanlah yang bisa mengubah cara hidup kita. Ketika kita terlalu sering bermalas-malasan maka efeknya adalah perilaku malas setiap hari. Jika hanya pulang kampung yang sering dilakukan bisa jadi setelah sarjana kita hanya memfokuskan mencari kerja di daerah masing-masing dan tidak siap jika ditempatkan di wilayah-wilayah lain. Hal ini yang berefek pada peningkatan jumlah penggangguran orang-orang yang telah sarjana.
Merantau, pada hakikatnya adalah belajar menempa diri pada setiap keadaan. Merasakan bagaimana kerinduan itu membuncah setiap kali lebaran tiba dan kita hanya mampu bermaaf-maafan dengan keluarga melalui gagang telepon. Tapi orang-orang inilah yang nantinya paham memanfaatkan waktu. Orang-orang seperti ini, akan memanfaatkan waktu mereka sebaik-baiknya untuk belajar. Mereka paham tujuan utamanya ke Makassar.
Mereka paham, bahwa akan ada masa, kedua orang tua mereka yang jauh akan datang ke Makassar melihat anaknya naik ke podium, dipasangakan toga oleh pihak kampus dan di bawah panggung air mata seorang Ibu dan Ayah akan mengalir melihat peristiwa itu.
Tulisan ini, hanya berupaya memberikan perspektif lain atas keadaan yang terjadi saat ini. Kepada teman-teman yang tetap memilih pulang ke kampung halaman, kami ucapkan selamat sampai tujuan. Kepada teman-teman yang tidak berkesempatan kembali ke kampung halaman merayakan hari raya, semoga telepon dari orang tua yang jauh menjadi penyejuk hati di Hari Raya.
Karena kita semua manusia biasa, maka menangislah seperlunya dan belajarlah sampai batas kemampuanmu. Selamat Hari Raya Idul Adha, mohon maaf lahir dan batin.
Redaksi LPM Estetika