Makassar, Estetika – Komunitas Malam Sureq Makassar adakan diskusi sastra mengenang wafatnya Chairil Anwar dalam rangka Memperingati Hari Puisi Nasional di Kedai Pojok Adhyaksa Makassar, Sabtu (28/4).
Diskusi yang bertemakan Masa lalu, Chairil Anwar: Sebuah Masa Depan ini menghadirkan Aslan Abidin, penulis buku puisi “Bahaya Latin Malam Pengantin” dan Ibe S. Palogai, penulis buku puisi “Cuaca Buruk Sebuah Buku Puisi” yang dirangkaikan dengan pembacaan puisi dari beberapa anggota Komunitas Malam Sureq.
Aslan Abidin, selaku pembicara pada diskusi tersebut, berpendapat bahwa meskipun menceritakan soal kepedihan, puisi Chairil Anwar tidak bersifat cengeng.
“Sajak yang digunakan terasa hidup dan tidak bersifat merengek walaupun puisinya menggambarkan tentang kepedihan dari suatu usaha,” ungkapnya.
Di sisi lain, Ibe S. Palogai, pembicara lainnya, berpendapat bahwa saat ini penyair hanya mengejar kepopuleran, bukan kualitas dari sebuah karya.
“Kebanyakan penyair sekarang lebih mengejar kepopuleran, karena dengan populer, buku mereka lebih laku. Mau sepuluh buku dalam setahun, pasti laku. Lalu para pembaca daripada melihat kualitas, mereka melihat dari bagaimana kepopuleran penyair tersebut tanpa melihat jejak-jejak penyair yang ada di belakangnya contohnya sosok Chairil Anwar,” ungkapnya.
Selain itu, Mahasiswa jurusan Sastra Universitas Hasanuddin ini juga menyindir bagaimana minat baca di media sosial lebih tinggi ketimbang membaca buku secara langsung.
“Sekarang kebanyakan anak muda lebih suka baca status dan tweet daripada daripada membaca langsung dari buku. Karena itu kebanyakan orang-orang lebih suka baca wattpad daripada beli dan baca bukunya,” terangnya.
Reporter: AM 6 ESTETIKA