Laporan Khusus

PRODI BARU DAN PERLUNYA KAMPUS UNGU BERBENAH PRASARANA

Makassar, Estetika – Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) tengah mencanangkan pembukaan Program Studi (Prodi) baru.

Kabar ini pertama kali beredar saat Reporter Estetika melakukan wawancara dengan Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan (WD II) FBS UNM, Sultan pada Rabu (5/4) lalu.

Sultan mengungkapkan bahwa FBS akan menghadirkan Prodi Jurnalistik yang berada di bawah naungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (JBSI).

“Akan ada Prodi Jurnalistik,” ungkapnya.

Menyambung kabar itu, Sekretaris Jurusan (Sekjur) JBSI FBS UNM, Usman, menerangkan bahwa wacana pembukaan prodi baru tersebut merupakan salah satu visi Dekan FBS UNM.

“Ada prodi baru yang direncanakan oleh dekan,” ucapnya saat diwawancarai Selasa (25/7) lalu.

Rupanya tidak hanya Prodi Jurnalistik, FBS juga menyiapkan prodi baru lainnya, yakni Prodi Pariwisata yang akan berada di bawah naungan Jurusan Bahasa Asing (JBA).

Saat dikonfirmasi, kabar tersebut dibenarkan oleh Ketua Jurusan (Kajur) JBA, Misnah Mannahali. Ia menyatakan bahwa wacana pembukaan Prodi Pariwisata di bawah naungan JBA memang benar adanya dan telah dibicarakan dalam rapat.

“Rencana itu sudah kita bicarakan dalam satu kali rapat,” ucapnya.

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa JBA memiliki alasan yang kuat untuk menaungi Prodi Pariwisata sebab memiliki keterkaitan dengan jurusan yang ada.

“Pariwisata memang berhubungan dengan bahasa-bahasa yang terdapat di JBA, seperti Bahasa Arab, Mandarin, dan Jerman,” katanya.

Sejauh Mana FBS Siapkan Prodi Barunya?

Berdasarkan hasil wawancara Reporter Estetika, pembukaan Prodi Jurnalistik masih dalam tahap persiapan, mulai dari pembentukan panitia untuk pengajuan permohonan yang akan diusulkan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti).

Saat ini proposal pengajuan masih dalam tahap pengerjaan oleh panitia pembentukan prodi dan telah mengajukan Surat Keputusan (SK) yang disetujui oleh dekan.

Adapun salah satu bagian dari proposal, ialah menyusun kurikulum dan mempersiapkan beberapa dokumen yang menjadi persyaratan dari pengusulan prodi baru ini.

Selain itu, pembukaan Prodi Jurnalistik khususnya untuk jenjang S1 harus memenuhi beberapa persyaratan, seperti membutuhkan minimal enam dosen, serta beberapa dokumen persetujuan dari para pimpinan universitas.

Persyaratan administrasi yang belum rampung mengakibatkan kejelasan waktu dibukanya prodi ini belum dapat dipastikan.

Meski begitu, Sekjur JBSI, Usman, menuturkan bahwa pembukaan Prodi Jurnalistik sudah mendapat dukungan dari dua Dikti Provinsi Sulawesi Selatan.

“Sudah kita komunikasikan dengan dua Dikti Sulsel, mereka sudah siap untuk membantu dan mendukung rencana kita,” tuturnya.

Ia menambahkan bahwa prodi ini dibuka karena menjadi salah satu mata kuliah di JBSI.

Usman menyebut banyak alumni yang berprofesi sebagai jurnalis yang kemudian memungkinkan mereka terlibat sebagai praktisi.

“Jurnalistik merupakan salah satu mata kuliah di JBSI dan sudah banyak alumni yang menjadi jurnalis sehingga bisa dilibatkan sebagai praktisi nantinya,” tambah pria yang bergelut dalam bidang Pendidikan Bahasa itu.

Tidak jauh berbeda dengan progres pembukaan Prodi Jurnalistik, Prodi Pariwisata JBA juga masih dalam tahap pengajuan SK dan pembentukan panitia.

Dibukanya prodi tersebut bisa menjadi salah satu faktor pendukung kelancaran mahasiswa JBA.

Hal ini dibenarkan oleh Kajur JBA, Misnah Mannahali, ia memaparkan bahwa di JBA sudah ada mata kuliah yang mengusulkan mahasiswa untuk magang di hotel ataupun perusahaan yang berkaitan dengan pariwisata.

“Selama ini ada mata kuliah yang mengharuskan mahasiswa magang untuk melakukan kegiatan terkait pariwisata,” papar perempuan kelahiran Tajuncu itu.

Ia menambahkan bahwa mata kuliah yang hanya dilakukan selama satu semester masih kurang meneduhi minat mahasiswa, maka dari itu Prodi Pariwisata diharap mampu mewadahi pariwisata secara luas.

“Satu semester terasa kurang dan Prodi Pariwisata dianggap memang perlu dibuka,” ucapnya.

Sama halnya dengan Prodi Jurnalistik, pembukaan Prodi Pariwisata juga belum diketahui secara pasti.

Namun Kajur JBA, Misnah Mannahali, menjelaskan bahwa Prodi Pariwisata direncanakan rampung pada tahun 2024 hingga 2025.

Misnah menambahkan bahwa Prodi Pariwisata sendiri akan dibuka untuk jenjang D4 saja.

“Masih banyak yang harus disiapkan sesuai prosedur dan mungkin akan rampung selama satu atau dua tahun ke depan,” jelas Dosen Pendidikan Bahasa Jerman itu.

Tanggapan Dosen hingga Mahasiswa terkait Pembukaan Prodi Jurnalistik dan Pariwisata

Pembukaan prodi baru di FBS menjadi salah satu pengembangan jurusan ke arah yang lebih baik.

Dosen JBSI, Haliq, menerangkan bahwa Jurusan Bahasa Indonesia relevan dengan jurnalistik yang menekankan penggunaan bahasa untuk penyampaian informasi.

Ia melanjutkan bahwa beberapa dosen JBSI merupakan orang yang pernah berkecimpung dalam dunia jurnalistik serta memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk pengajarannya.

“JBSI relevan dengan Prodi Jurnalistik yang menekankan penggunaan bahasa,” terangnya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Rasniati, ia mengutarakan bahwa pembukaan Prodi Jurnalistik di JBSI sudah tepat karena masih berkaitan dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa pembukaan Prodi Jurnalistik memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai proses dalam pembuatan berita.

“Prodi ini memiliki peran penting dalam mengedukasi mahasiswa terkait penulisan berita sehingga rasanya sudah tepat karena masih berkaitan dengan pembelajaran bahasa dan sastra,” kata Mahasiswa JBSI angkatan 2022 tersebut.

Terkait pembukaan Prodi Pariwisata, salah seorang dosen JBA, Ernawati, juga turut berpendapat bahwa ia tidak keberatan dengan pembukaan Prodi Pariwisata karena hal ini bisa saja terjadi.

“Saya tidak keberatan dengan dibukanya Prodi Pariwisata, lagi pula pembukaan prodi baru bukan hal yang baru, ini hampir sama dengan pembukaan Prodi Mandarin kemarin,” ujarnya.

Di sisi lain, Mahasiswa JBA, Hendrik, menyebutkan bahwa pengadaan Prodi Pariwisata di bawah naungan JBA adalah suatu gebrakan baru yang menjanjikan banyak hal positif.

Ia menegaskan dunia pariwisata saat ini mengambil peran penting di sektor ekonomi, di mana pekerjaan yang berkorelasi dengan pariwisata memiliki gaji yang terbilang tinggi.

“Pengadaan Prodi Pariwisata di JBA FBS akan berdampak positif dan cukup menjanjikan,” tegas Mahasiswa Prodi PBJ tersebut.

Prodi Baru di tengah Kurangnya Ruang Kelas

Sejalan dengan keluhan mahasiswa, perbaikan fasilitas dan kurangnya ruang kelas menjadi faktor penting yang harus diperhatikan pihak kampus.

BACA JUGA:
SAMBUT DEKAN BARU, 71% MAHASISWA FBS DESAK PERBAIKAN FASILITAS BELAJAR

JAJAK PENDAPAT: TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP FASILITAS KAMPUS KEPEMIMPINAN DEKAN PERIODE 2019-2023

Berdasarkan data yang dihimpun dari operator JBA dan JBSI, terdapat 16 fasilitas ruang kelas yang dapat digunakan di JBA dan 12 di JBSI.

16 ruang kelas di JBA tersebut digunakan oleh 3 prodi, yakni Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Pendidikan Bahasa Mandarin (PBM), dan Pendidikan Bahasa Jerman (PBJ) sedangkan 12 ruangan di JBSI digunakan oleh 3 prodi, yakni Sastra Indonesia (Sasindo), Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah (PBSD).

Di samping itu, Reporter Estetika juga menemukan data dari operator Jurusan Bahasa Inggris (JBI) mengenai jumlah mahasiswa aktif pada JBSI dan JBA, yakni terdapat 1540 di JBSI dan 761 di JBA.

Namun, jumlah ruang kelas di jurusan terkait belum sebanding dengan banyaknya mahasiswa, sehingga sering terjadi bentrok jadwal ruangan.

Senada dengan hal itu, salah seorang mahasiswa FBS, Muh. Fahd Abd. Qahhar, mengatakan bahwa saat ini fasilitas ruang kelas masih tidak mencukupi.

Ia menjelaskan salah satu mata kuliahnya memiliki jadwal ruangan yang sama dengan kelas lain.

“Ruangan kelas yang kurang karena ada salah satu matkul yang bertabrakan dengan kelas lain,” kata Mahasiswa Prodi PBSI itu.

Penampakan salah satu ruang kelas di JBSI FBS UNM, Jumat (22/9). Foto: Esse Shalsadilla/Estetikapers.

Hadirnya prodi baru tentu perlu dipertimbangkan matang-matang, terutama mengenai fasilitas yang nantinya akan digunakan oleh mahasiswa.

Presiden HMJ Bahasa Asing, Aqilah, menekankan bahwa masalah fasilitas mestinya diselesaikan terlebih dahulu karena masih ada keluhan tentang kurangnya ruang kelas.

“Alangkah baiknya apabila fokus membenahi sarana yang ada sekarang,” ujar Mahasiswa PBJ itu.

Penampakan salah satu ruang kelas di JBA FBS UNM, Jumat (22/9). Foto: Esse Shalsadilla/Estetikapers.

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Mahasiswa (DEMA) JBSI, Adnan, menyebutkan bahwa pengelolaan prodi ini harus kuat, bukan hanya sekadar mekanisme implementasi, tetapi sarana dan prasarana juga harus diperhatikan.

“Pengelolaan prodi yang memang betul-betul harus kuat,” sebut mahasiswa angkatan 2021 itu.

Senada dengan Adnan, salah seorang dosen JBSI, Aslan, menyampaikan prodi baru yang akan dibuka nantinya harus memiliki kualitas yang baik.

Menurutnya, catatan penting yang harus diperhatikan, yakni aturan dan syarat pembukaan prodi wajib terpenuhi.

“Yang terpenting kualitasnya bagus, misal pengajarnya mempunyai kualifikasi mengajar pada prodi terkait,” ujarnya.

Menanggapi permasalahan fasilitas, WD II, Sultan, menjelaskan bahwa saat ini perbaikan dan pengadaan fasilitas seperti ruang kelas, lingkungan fakultas, serta fasilitas kegiatan kemahasiswaan sudah dianggarkan dan akan direalisasikan bertahap.

“Untuk fasilitas dan perbaikan kampus sudah ada rancangan perbaikan dan semua yang bisa diperbaiki akan diperbaiki,” jelas pria asal Labokong, Kabupaten Soppeng tersebut.

Ia melanjutkan bahwa semua perbaikan dan penambahan fasilitas baik itu di luar maupun di dalam ruangan yang bisa dikerjakan akan dijalankan.

“Semua yang bisa dikerjakan akan dilaksanakan, semuanya penting baik dalam dan luar ruangan,” lanjutnya.

Sultan juga menggaris bawahi adanya pengadaan fasilitas yang nantinya bisa dinikmati oleh mahasiswa asal tidak bermalam di kampus.

“Pengadaan fasilitas nantinya nikmati saja, asal jangan bermalam di kampus,” tegas Dosen Pendidikan dan Jurusan Bahasa Indonesia tersebut.

Pembukaan prodi baru merupakan sebuah gebrakan yang mungkin akan membantu FBS melebarkan sayapnya dalam bidang pendidikan.

Gebrakan tersebut tentunya harus didukung oleh persiapan yang matang, termasuk dari segi perencanaan agar nantinya tidak cacat prosedur.

Selain itu, pembentukan prodi baru ini juga harus dibenturkan dengan realita fasilitas sarana dan prasarana di FBS saat ini, sehingga menimbulkan suatu tanda tanya besar terhadap kesiapan pembukaan prodi nantinya.

Apakah FBS sudah menjadikan permasalahan yang belum rampung tersebut sebagai refleksi untuk bisa mempersiapkan pembentukan prodi baru ini sematang mungkin? Akankah wacana tersebut diiringi perencanaan segala aspek yang matang?

Reporter: Tim Estetika

Mengenai laporan yang kami susun ini, pihak yang merasa tidak sependapat dengan hasil laporan, silakan mengirimkan hak jawab di surel redaksi@estetikapers.com, baik berupa saran, kritik, atau tanggapan ralat hingga tuntutan penurunan laporan.

Related posts

DI BALIK PELECEHAN SEKSUAL DI UNM, FASILITAS MAHASISWA PMM INBOUND DINILAI TAK LAYAK PAKAI

Editor Estetika
December 11, 2021

MAHASISWA FBS ALAMI PENIKAMAN HINGGA PENGEROYOKAN, FBS TAK LAGI AMAN?

LPM Estetika FBS UNM
November 24, 2019

KRONOLOGI AKSI MAHASISWA UNM BERSATU HINGGA FAKTA DI BALIKNYA

Editor Estetika
April 11, 2022
Exit mobile version