Pada kemajuan teknologi informasi komunikasi saat ini tidak hanya memberikan dampak yang positif tetapi juga memberikan dampak yang buruk. Penyampaian akan informasi begitu cepat di mana setiap orang telah dengan mudah memproduksi informasi dan informasi yang begitu cepat tersebut melalui beberapa media sosial seperti facebook, twitter, ataupun pesan telpon genggam seperti, whatsapp dan lain sebagainya yang tidak dapat difilter dengan baik.

Informasi yang dikeluarkan baik orang perorang maupun badan usaha melalui media sosial dan elektronik ketika telah terkirim dan dibaca oleh banyak orang dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran bahkan tindakan seseorang atau kelompok. Sangat disayangkan apabila informasi yang disampaikan tersebut adalah informasi yang tidak akurat terlebih informasi tersebut adalah informasi bohong (hoax) dengan judul yang sangat provokatif menggiring pembaca dan penerima kepada opini yang negatif. Opini negatif, fitnah, penyebar kebencian yang diterima dan menyerang pihak ataupun membuat orang menjadi takut, terancam dan dapat merugikan pihak yang diberitakan sehingga dapat merusak reputasi dan menimbulkan kerugian materi.

Tak hanya satu dua orang yang terlibat dalam pembuatan berita-berita yang dianggap dapat mendatangkan rasa cemas dalam berbagai platform tertentu, biasanya mereka yang membuat berita tersebut tidak mempertimbangkan kembali isi informasi yang disebarkan. Mereka hanya mementingkan angka viral. Namun, tanpa mereka sadari berita-berita yang tidak sesuai itu dapat memicu rasa cemas, panik, dan juga ketakutan. Lebih bahayanya lagi apabila berita itu sampai mendunia karena dengan platform yang mendukung, karena tidak dapat diketahui apabila berita itu sampai ke telinga orang atau sesuatu yang diberitakan tersebut dapat memicu konflik.

Selain dapat memicu konflik, berita yang tidak akurat atau tidak benar dapat memicu rasa empati dan merusak kepercayaan pada pembaca berita pada platform tersebut akibat oknum yang tidak bertanggungjawab. Harusnya, setiap penerbitan konten atau cuplikan yang berbau informasi sosial atau politik dapat di filter kembali oleh platform tersebut dalam upaya mengurangi atau membuat tidak adanya berita-berita yang dibuat oleh orang yang tidak bertanggungjawab dan langsung memberikan sanksi kepada setiap pembuat berita yang tidak akurat tersebut.

Lalu apakah kita dapat mencegah penyebaran berita tidak akurat ? Jawabannya bisa Pencegahan berita tidak akurat yang membingungkan dapat diatasi dengan literasi media. Literasi media adalah perspektif yang dapat digunakan ketika berhubungan dengan media agar dapat menginterpretasikan suatu pesan yang disampaikan oleh pembuat berita. Orang cenderung membangun sebuah perspektif melalui struktur pengetahuan yang sudah terkonstruksi dalam kemampuan menggunakan informasi (Pooter, 2011). Juga dalam pengertian lainnya yaitu kemampuan untuk mengevaluasi dan menkomunikasikan informasi dalam berbagai format termasuk tertulis maupun tidak tertulis. Literasi media adalah seperangkat kecakapan yang berguna dalam proses mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan dalam beragam bentuk. Literasi media digunakan sebagai model instruksional berbasis eksplorasi sehingga setiap individu dapat dengan lebih kritis menanggapi apa yang mereka lihat, dengar, dan baca.

Midian, Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Negeri Makassar.

*) Opini ini adalah tanggungjawab penulis sebagaimana tertera. Tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi Estetikapers.com