Parangtambung, Estetika – Kelas Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sastra Indonesia (Sasindo) Dewan Mahasiswa (Dema) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (JBSI) Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) telah memasuki pekan ke-4 di depan Gedung DH FBS UNM, Parangtambung, Makassar, Kamis (27/9).

Dalam diskusi kali ini, HMPS Sasindo menghadirkan mahasiswa Sastra Inggris angkatan 2013, Wahyu Gandi sebagai pemateri untuk menjelaskan lebih dalam terkait persoalan UKT.

Suasana diskusi kelas UKT di depan Gedung DH FBS UNM, Kamis (27/9). Foto: Ridha Ilahi/estetikapers.

Dalam salah satu penjelasannya, Ia membahas alasan mengapa pemerintah memutuskan anggaran untuk pendidikan.

“Salah satu alasan pemerintah menarik alokasi anggaran, karena pendidikan dianggap tidak produktif. Sehingga pemerintah mengalihkan ke hal-hal yang menurutnya lebih produktif, seperti bidang pariwisata,” ungkapnya.

Ayatullah Fatullah, mahasiswa Program Studi Sasindo mengemukakan pengalaman yang ia dapatkan selama mengukuti kelas UKT.

“Saya jadi mengerti UKT itu lari kemana, mengerti peraturan-peraturan yang dibuat Mohammad Nuh selaku menteri keuangan tentang permendikbud Nomor 55 Tahun 2013 yang ternyata Birokrasi di kampus tidak menggunakan rumus UKT,” tutupnya.

Reporter: Ridha Ilahi & Nuraeni