Pinrang, Estetika Dusun Katteong merupakan sebuah dusun yang terletak di sebelah barat Kota Pinrang, tepatnya di Desa Samaenre, Kecamatan Mattirosompe. Berbeda dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan Mattirosompe, Masyarakat Dusun Katteong merayakan keberhasilan panen mereka dengan mengadakan pesta panen yang disebut Maddoa’.

Kata Maddoa’ sendiri berasal dari bahasa bugis yang berarti berayun/bermain ayunan. Pesta panen Maddoa’ diadakan sekali dalam setahun dan berlangsung kurang lebih seminggu lamanya. Perayaan ini diisi dengan kegiatan berayun di atas ayunan yang sangat tinggi, ritual Mappadendang yang dilakukan pada malam puncak, serta makan bersama berupa kerbau dan sapi pada hari terakhir.

1. Berayun di Atas Ayunan yang Tinggi

Source: Int.

Adanya ayunan yang sangat tinggi di tengah-tengah tempat perayaan menjadi daya tarik bagi masyarakat desa tetangga untuk menghadiri perayaan ini. Ayunan  akan terpasang sampai seluruh rangkaian acara pesta panen Maddoa’ berakhir. Siapapun bisa mencoba ayunan tersebut dengan syarat jika perempuan harus memakai sarung dan tidak sedang menstruasi. Ayunan yang telah menjadi icon dari perayaan ini dimaksudkan sebagai ajang hiburan serta uji nyali.

2. Ritual Mappadendang

Source: Int.

Ritual Mappadendang merupakan acara puncak dari perayaan Maddoa’ yang dimaksudkan sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas melimpahnya hasil panen masyarakat. Mappadendang dilakukan pada malam puncak dari perayaan Maddoa’. Ritual ini telah menjadi adat masyarakat Bugis sejak dulu kala dan turun temurun hingga saat ini. Pada dasarnya, Mappadendang berupa penumbukan gabah pada lesung dengan alu (tongkat besar) sebagai penumbuknya. Adapun bunyi tumbukan alu ke lesung dilakukan secara silih berganti dengan nada dan nyanyian tertentu. Pelaku Mappadendang didominasi oleh para perempuan yang diharuskan menggunakan sarung dan tidak sedang menstruasi. Namun ada juga beberapa laki-laki walaupun tidak sebanyak perempuan.

3. Makan Bersama

Source: Int.

Pada hari terakhir diadakan makan bersama berupa kerbau dan sapi yang disumbangkan oleh masyarakat dari dalam maupun luar Katteong. Sebelum makan, terlebih dahulu diadakan penyembelihan kerbau dan sapi di area perayaan Maddoa’. Setelah itu, kerbau dan sapi yang akan dimakan biasanya dibacakan zikir dan doa-doa oleh tokoh agama setempat. Makan bersama dihadiri oleh masyarakat sekitar, para pejabat daerah dan tamu penting.

Source: Int.

Salah satu masyarakat Dusun Katteong, Radiatul Jannah, menekankan pentingnya melestarikan perayaan Maddoa’ serta pemaknaan setiap rangkaian acaranya.

“Maddoa’ merupakan salah satu pesta rakyat yang harus dilestarikan dalam hal pemaknaan setiap kegiatannya, karena jangan sampai perayaan ini hanya dimaknai sekedar jalan-jalan plus jajan-jajan saja, tapi makna dari rangkaian acaranya itu sendiri yg harus dilestarikan,” ujarnya.

Lebih lanjut Ia menyampaikan pesan kepada para pengunjung yang datang saat perayaan Maddoa’ untuk tetap menjaga kebersihan area sekitar.

“Saya harap pengunjung yang datang bisa menjaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya karena di area Maddoa’ sudah disediakan tempat sampah,” kata Mahasiswi Universitas Hasanuddin ini.

Reporter: Rahayu Al-Qadriah