Makassar, Estetika HMPS Sasindo FBS UNM menggelar seminar kesusatraan nasional yang dihelat di Ballroom Pinisi Lt. 2 UNM, Sabtu (28/10) mengangkat tema “Sastra Sebagai Ruang, Sudut Toleransi, dan Sisi Kemanusiaan” dengan mendatangkan kritikus sastra Indonesia, Katrin Bandel.

Katrin Bandel saat menjadi pembicara pada Seminar Kesusastraan Nasional Pekan Sastra II HMPS Sasindo, Sabtu (28/10). Foto : Rahmah / estetikapers.

Dalam seminar itu, Katrin Bandel membahas salah satunya tentang kaitan agama yang ditulis penulis Indonesia dengan menjadikan fiksi sebagai dakwah. Hal ini ia nilai muncul pasca Reformasi. Argumen yang bertebaran selanjutnya menganggap ajaran Islam menindas perempuan dan LGBT. Muncul banyak penulis pasca kolonial.

“Salah satunya Irsyat Panji, ia menceritakan pengalaman buruk di kalangan muslim dan digeneralisasi sebagai ciri masyarakat muslim pada umumnya serta menganggap negara barat yang bisa menyelamatkan mereka. Hal ini tidak terlepas dari intervensi Amerika terhadap Islam,” katanya.

Katrin memberikan dua karya sastra yang bisa menjadi alternatif kaitannya dengan agama yakni Dawuk yang ditulis oleh Mahfud Ikhwan dan Talembuk oleh Kedung Darma. Meski sebagai alternatif, Katrin masih menemukan ketimpangan dalam dua karya itu. Bagi Katrin, meski representasi karya itu tidak ada yang mendobrak norma, perkawinan digambarkan tidak secara mendetail dan tanpa lika-liku.

“Seakan-akan perkawinan dilakukan tanpa pertimbangan yang matang. Namun secara keseluruhan tidak ada yang mempertanyakan tentang nilai pernikahan,” tambahnya.

Maski demikian, ia sangat mengapresiasi novel Talembuk yang menggambarkan kondisi agama di Indonesia saat ini.

“Jadi dalam novel Talembuk, representasi agama sangat nampak ketika orang lebih pilih menonton dangdut ketimbang ceramah agama. Artinya agama yang kita anut tidak berhasil menjawab permasalahan masyarakat,” jelas perempuan kelahiran Jerman ini.

Katrin Bandel (kiri) bersama Juanda (kanan) dalam Seminar Kesusastraan Nasional Pekan Sastra II, Sabtu (28/10). Foto : Rahmah / estetikapers.

Arni, salah seorang peserta dari Universitas Indonesia Timur (UIT) mengaku mengikuti kegiatan ini karena tema yang disajikan begitu menarik.

“Alasan saya ikut seminar, pertama karena tema yang menarik dan kedua, saya ingin mencari ilmu di luar kampus karena di kampus pun kita hanya mendapatkan ilmu sekitar 50 persen saja dan juga saya tertarik dengan sesuatu berbau sastra,” ujar mahasiswi pendidikan agama Islam itu.

Dimulai sejak pukul 09.30 Wita, seminar ini baru berakhir pukul 12.10 Wita dan ditutup dengan pemberian plakat kepada Katrin Bandel yang diberikan langsung oleh Juanda, ketua prodi HMPS Sasindo.

Reporter: Nur Amalia Amir & Nur Rahmah