Infografik

SURVEI: 45 PERSEN MAHASISWA SUDAH TIDAK PERCAYA KAMPUS

Makassar, Estetika – “Sedikit shock lihat kampus,” tulis Sinta (nama samaran) dalam survei. Sinta merupakan salah seorang mahasiswa yang telah kehilangan kepercayaannya pada kampus yang dianggap sebagai rumah kedua setelah terungkapnya beberapa kasus.

Tingkat kepercayaan mahasiswa terhadap kampus merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam membentuk pengalaman pendidikan mereka. Oleh karena itu, kampus diharapkan mampu menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman, baik dari segi fasilitas maupun keamanan di dalam kampus.

Dikutip dari IDN Times, Bintang Puspayoga selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), menegaskan bahwa sudah sepantasnya perguruan tinggi menjadi tempat yang aman, kondusif, dan nyaman bagi mahasiswa.

Lebih lanjut, Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 30 Tahun 2021, Pasal 8 ayat (3) juga menyebutkan dalam Undang-Undang Pendidikan Tinggi (UU Dikti) tentang Pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan di perguruan tinggi merupakan tanggung jawab pribadi sivitas akademika, yang wajib dilindungi dan difasilitasi oleh pimpinan perguruan tinggi.

Maka dari itu, Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Estetika Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) menyebar survei untuk mengetahui tingkat kepercayaan mahasiswa terhadap kampus pasca terjadinya beberapa kasus.

Survei ini dibuka selama tiga pekan, mulai tanggal 17 Juni hingga 8 Juli 2023, dengan mendapat 113 responden dari angkatan 2020, 2021, dan 2022 pada seluruh program studi. Data dikumpulkan melalui metode non probability sampling, dengan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, yakni sebanyak 85 orang dan responden laki-laki sebanyak 28 orang.

Berdasarkan teknik sampling tersebut, diperoleh margin of error sebesar 5% dengan tingkat kepercayaan 90%.

Beberapa waktu belakangan, kasus-kasus bermunculan mulai dari kekerasan seksual, donasi kebakaran, penyerangan sekretariat, hingga temuan barang terlarang narkoba di FBS.

KEKHAWATIRAN MAHASISWA TERHADAP BEBERAPA KASUS

Dari kasus narkoba, 79% responden merasa sangat prihatin, 14% responden prihatin, 4% responden tidak prihatin, serta 3% responden yang sangat tidak prihatin terhadap adanya kasus narkoba yang terjadi di FBS UNM.

Penemuan brankas berisi narkoba di FBS UNM pada (11/6) lalu, menunjukkan bahwa maraknya peredaran narkoba masih menjadi masalah serius di Indonesia, bahkan di lingkungan kampus. Kejadian ini bermula dari penangkapan seorang tersangka berinisial S, dan menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat.

Baca selengkapnya: https://estetikapers.com/kronologi-temuan-brankas-narkoba-di-fbs-tanggapan-lk-hingga-tindak-lanjut-kampus/

Salah seorang responden, Nabila, mengatakan bahwa adanya penemuan narkoba di lingkungan kampus merupakan tindakan yang sangat mengkhawatirkan, terutama karena dapat merusak reputasi kampus dan menciptakan pandangan negatif dari masyarakat luar terhadap UNM, khususnya mahasiswa di FBS.

“Dengan penemuan narkoba, sangat mencoreng nama baik kampus di lingkungan masyarakat, apalagi saya sebagai mahasiswa selalu dicap jelek kampusnya kalau lagi bersosialisasi,” katanya.

Berdasarkan kasus penyerangan kampus, terdapat 78% responden mengaku sangat khawatir, 18% khawatir, 3% tidak khawatir, serta 1% sangat tidak khawatir terhadap risiko penyerangan oleh Orang Tak Dikenal (OTK) di FBS UNM.

Pada (8/6) lalu, FBS UNM diserang oleh OTK. Serangan ini mengakibatkan sejumlah fasilitas mengalami kerusakan, mulai dari jendela dan pintu, hingga kebakaran secretariat.

Baca selengkapnya: https://estetikapers.com/fbs-unm-alami-sejumlah-kerusakan-akibat-penyerangan-otk/

Dalam hal ini, Hasrun (nama samaran), juga menyatakan kekhawatirannya terhadap penyerangan kampus yang terjadi secara tiba-tiba hingga membuatnya sangat was-was jika berada di kampus.

“Saya khawatir sekali saat berada di kampus, takutnya lagi belajar tiba-tiba diserang,” ujarnya.

KEPERCAYAAN MAHASISWA TERHADAP TINDAK LANJUT PIHAK KAMPUS

Berdasarkan kasus penemuan narkoba yang terungkap beberapa waktu lalu, terdapat 9% responden yang sangat percaya, 33% responden percaya, 48% responden tidak percaya, dan 10% responden sangat tidak percaya bahwa pihak kampus telah mengambil langkah yang memadai untuk mencegah dan menangani kasus ini.

Berkaitan dengan hal di atas, seorang responden, Bima (nama samaran), menyatakan keraguannya terhadap langkah-langkah kampus karena kurangnya transparansi dari pihak kampus terkait kasus tersebut.

“Dari kasus ini, saya rasa pihak kampus tidak terbuka secara bertahap kepada mahasiswa, itu yang buat saya tidak begitu percaya bahwa pihak kampus ini betul-betul menindaklanjuti hal tersebut,” jelasnya.

Dari kasus penyerangan kampus, terdapat 6% responden yang mengaku sangat percaya, 23% responden percaya, 44% responden tidak percaya, serta 27% responden sangat tidak percaya bahwa pihak kampus telah mengambil langkah yang memadai untuk mencegah penyerangan oleh OTK di FBS UNM.

Salah seorang responden, Dwi (nama samaran), mengatakan bahwa meskipun kampus telah melakukan perbaikan pada beberapa ruangan yang rusak sebagai respons terhadap kasus tersebut, tindakan itu belum sepenuhnya efektif dalam mencegah kemungkinan penyerangan berikutnya.

“Mungkin sekret yang rusak telah diperbaiki, tapi tidak menutup kemungkinan akan ada penyerangan selanjutnya yang tidak disangka-sangka,” katanya.

Berdasarkan kasus kekerasan seksual, terdapat 5% responden yang sangat percaya, 22% responden percaya, 39% responden tidak percaya, dan 34% responden yang sangat tidak percaya terhadap langkah yang diambil pihak kampus dalam menangani kasus kekerasan seksual yang terjadi di UNM.

KEPERCAYAAN MAHASISWA DI KAMPUS BERDASARKAN BEBERAPA KASUS.

Dalam kasus penyerangan, hampir setengah jumlah sampel sudah tidak percaya terhadap keamanan kampus. Terdapat 42% responden mengaku tidak percaya, 36% responden sangat tidak percaya, 18% responden percaya, dan 4% responden sangat percaya terhadap kamanan kampus setelah terjadinya kasus penyerangan di FBS.

Nabila juga mengatakan bahwa keamanan kampus memang sangat kurang sehingga terjadinya penyerangan oleh OTK.

 “Jika keamanan kampus memang bagus, tidak mungkin penyerangan bisa terjadi,” katanya.

Saat terungkapnya kasus donasi kebakaran yang dirilis oleh LPM Estetika beberapa waktu lalu, diketahui terdapat 46% responden yang masih percaya untuk berlembaga, 12% responden yang sangat percaya, sedangkan 30% responden memilih tidak percaya, dan 12% responden yang sangat tidak percaya untuk berlembaga setelah mengetahui pelaku dari kasus tersebut.

Dalam kasusnya, Lembaga Kemahasiswaan (LK) FBS UNM mengadakan aksi solidaritas untuk membantu korban kebakaran di sekitar kampus. Aksi ini berupa penggalangan dana dan penyaluran bantuan kepada korban. Namun, aksi ini justru berujung ironi. Pasalnya, uang donasi yang terkumpul sebesar Rp10 juta, ternyata disalahgunakan oleh salah seorang senior yang menjabat di LK tersebut untuk membeli minuman keras dan mengadakan pesta bersama teman-temannya.

Baca selengkapnya: https://estetikapers.com/ironi-di-balik-donasi-korban-kebakaran-fbs-unm/

Salah seorang responden, Dwi, mengujarkan bahwa minatnya dalam berlembaga menjadi sangat menurun karena merasa waswas dengan sejumlah kejadian di kampus.

“Awalnya saya merupakan salah satu anak lembaga, namun setelah terungkap beberapa kasus, saya jadi lebih hati-hati untuk berkegiatan di luar jam kampus,” ujar Dwi.

Dari kasus kekerasan seksual, terdapat 10% responden yang sangat percaya, 27% responden percaya, 36% responden tidak percaya, serta 27% responden yang sangat tidak percaya terhadap kampus setelah mengetahui pelaku dari kasus kekerasan seksual lalu merupakan civitas academica UNM.

Menurut salah seorang responden, Ahkam, mengatakan bahwa tingkat kepercayaannya telah berubah setelah terungkapnya kasus kekerasan seksual pada awal semester gasal 2021 lalu.

“Sebenarnya saya percaya sama kampus, namun munculnya kasus tersebut sangat berdampak pada kepercayaan pribadi saya terhadap kampus,” katanya.

Lebih lanjut, Ahkam tersadar dengan terungkapnya beberapa kasus, hal itu menunjukkan adanya informasi yang belum diketahui oleh pihak kampus, hingga keamanan dan ketelitian pihak kampus terkait lingkungan kampus dianggap belum terlaksana secara optimal.

“Itu berarti masih banyak hal yang belum diketahui pihak kampus, sampai saat itu keamanan dan ketelitian pihak kampus mengenai lingkungan kampus belum terlaksana dengan baik,” terangnya.

TINGKAT KEPERCAYAAN MAHASISWA TERHADAP KAMPUS SETELAH TERUNGKAPNYA BERBAGAI KASUS

Setelah rentetan kasus telah terungkap, dapat disimpulkan bahwa 45% (51 orang) responden memilih sangat berpengaruh, 37% (42 orang) berpengaruh, 14% (16 orang) mengaku tidak berpengaruh, dan 4% (4 orang) sangat tidak berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan mereka.

Dalam pengalaman Sinta (nama samaran), kampus yang dianggap sebagai rumah kedua ternyata belum menciptakan rasa aman yang memadai. Sebagai mahasiswa yang sebelumnya mempercayakan diri sepenuhnya pada kampus, kini ia menunjukkan sikap lebih berhati-hati.

“Kampus yang dikira rumah kedua ternyata belum cukup aman, sebagai mahasiswa yang awalnya cukup mempercayakan diri terhadap kampus, sekarang malah lebih hati-hati lagi,” jelasnya.

Selaras dengan situasi tersebut, Lisma mengaku bahwa hingga saat ini, kampus ungu tersebut belum sepenuhnya memberikan kenyamanan yang diharapkannya.

“Saya terkadang merasa khawatir jika berkegiatan di kampus, apalagi saat malam hari, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ucap Lisma.

Anas yang juga merasakan hal yang sama, mengatakan bahwa ia masih tidak sepenuhnya merasa nyaman berkegiatan hingga malam, sebab pimpinan fakultas belum mampu mengambil keputusan yang bijak terkait oknum pelaku dalam beberapa insiden yang telah terjadi.

“Saya masih kurang nyaman berkegiatan sampai malam, pimpinan fakultas juga belum bisa mengambil keputusan yang bijak kepada oknum pelaku dari beberapa kejadian,” katanya.

Berbeda halnya dengan Adnan, ia mengaku bahwa beberapa kasus yang telah terungkap tidak mempengaruhi tingkat kepercayaannya terhadap kampus.

“Dari hipotesis terkait beberapa kasus belakangan, saya hanya melihat dari oknum pelakunya saja. Saya percaya bahwa kampus bersinergi untuk menangani kasus yang ada,” tuturnya.

Menanggapi hal tersebut, Anas mengatakan bahwa tingkat kepercayaannya kini mengalami peningkatan karena beberapa kasus baru-baru ini telah ditangani dengan cepat.

“Masalah yang ada belakangan ini sudah ditangani dengan cukup efektif, tapi saya masih berharap bisa lebih baik lagi,” katanya.

Terungkapnya beberapa kasus di FBS UNM telah memberikan dampak yang signifikan terhadap tingkat kepercayaan mahasiswa terhadap kampus. Pihak kampus diharapkan dapat lebih berbenah untuk mengembalikan kepercayaan tersebut, agar kampus dapat menjadi tempat yang aman, nyaman, dan kondusif bagi mahasiswa.

Reporter: Tim Litbang LPM Estetika FBS UNM

Related posts

COMPASS HMPS ACCESS BAHAS PELECEHAN SEKSUAL, KAPRODI: PERLU ATURAN JELAS UNTUK KASUS INI

Editor Estetika
August 29, 2021

H-7 BAKSOS HIMAPRODI PBSI MENGABDI: PERSIAPAN SUDAH HAMPIR RAMPUNG

LPM Estetika FBS UNM
January 7, 2018

HMPS SASINDO ADAKAN ADVOKASI LITERASI BERTAJUK “POSISI MAHASISWA SASTRA TERHADAP PDF ILEGAL”

Editor Estetika
July 2, 2020
Exit mobile version