Makassar, Estetika – Lembaga Kemahasiswaan (LK) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar aksi bisu di depan Gerbang Utama Kampus UNM Parangtambung, Kamis (28/10).
Sebagai momentum hari Sumpah Pemuda, massa aksi menggunakan tagar “Save FBS” dengan membawa tiga isu, yaitu usut tuntas kasus kekerasan dan pelecehan seksual oleh dosen di FBS UNM, pengimplementasian Permendikbudristek No. 30 tahun 2021, dan tolak dosen yang melakukan plagiat dan kekerasan akademik.
Mengenai isu pertama, pemberitaan sebelumnya menyebutkan bahwa kasus kekerasan dan pelecehan seksual dilakukan oleh semua pihak yang memiliki kesempatan untuk melakukan hal tersebut, yaitu mahasiswa dan dosen.
Namun, massa aksi kali ini hanya menitikberatkan tuntutan pada dosen, karena mereka menganggap kasus dosen lebih genting untuk ditindaklanjuti.
Hal tersebut disampaikan oleh Korlap, Liku, bahwa pelaku yang merupakan mahasiswa tidak dimasukkan di dalam tuntutan karena sudah ditindaklanjuti oleh LK FBS UNM.
“Melihat kondisi, kejadian yang telah dilakukan oleh dosen sebanyak. Bisa kita lihat yang menjadi korban dosen ini lebih banyak,” ungkapnya.
“Itu adalah hal yang keliru karena sudah ada juga tindakan yang diambil untuk menindaklanjuti pelecehan seksual yang dilakukan oleh mahasiswa dan itu menjadi tugas LK FBS untuk mengusut,” lanjutnya.
Sementara itu, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FBS UNM, Amastasha, menuturkan solusinya kepada pimpinan kampus bahwa UNM harus membentuk tim Satuan Tugas (Satgas) guna memproses kasus-kasus yang ada.
“Seharusnya setiap perguruan tinggi, khususnya UNM harus membentuk tim Satgas untuk menindaklanjuti kasus-kasus yang ada, termasuk di FBS UNM. Misalnya, salah satu dosen yang telah melakukan plagiat dan kekerasan fisik yang tentunya merusak citra kampus,” tuturnya.
Reporter: Nur Alam & Abdul Garif