Makassar, Estetika– Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah (PBSD) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) menghadirkan tarian Pa’bitte Passapu dari suku Kajang dalam kegiatan Pekan karya era tradisional (Pakarena) di Gedung Kesenian Sulawesi Selatan (Sulsel) Societeit de Harmonie, Minggu (8/12).

Tarian ini dibawakan oleh Sanggar Seni Budaya Turiolo Kajang. Konon tarian ini, diilhami oleh persabung ayam, antara Sawerigading dan putranya sendiri, I Laga Ligo. Namun secara mendasar bahwa tarian ini merupakan sebuah kritikan dan juga menjadi sebuah sindiran yang diperuntukkan kepada orang-orang yang hanya menghabiskan waktunya di arena persabungan ayam.

Suasana saat tarian Pa’bitte Passapu sedang berlangsung di Gedung Kesenian Sulawesi Selatan (Sulsel) Societeit de Harmonie, Minggu (8/12).

Pembawa acara Pakarena, Nurfandiati menjelaskan bahwa ada pesan moral yang dimiliki oleh tarian ini.

“Pesan moral lain yang terkandung dalam tarian ini bahwa segala bentuk kemenangan yang diraih oleh secara kecurangan, maka esensinya adalah kegagalan. Oleh karena itu, menjunjung tinggi nilai etika, nilai aturan, dan nilai moralitas,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa tarian ini juga mengandung nilai etos Siri’ yang berarti nilai kehormatan.

“Tarian ini mengandung nilai etos budaya Bugis Makassar dan Kajang itu sendiri. Nilai etos itu dikenal dengan istilah siri’ yaitu nilai kehormatan. Harga diri serta rasa malu yang tertanam kuat dalam diri komunitas adat Kajang Ammatoa yang harus dipertahankan bahkan bila perlu harus diselesaikan dengan pertumpahan darah,” lanjutnya.

Salah satu pengunjung, Stevano dari mengungkapkan bahwa tarian yang ditampilkan sangat bagus.

“Sangat bagus, karena bukan hanya perempuan yang menari, tapi juga laki-laki. Dan juga ternyata, ada banyak pesan moral dari tarian ini,” ungkapnya.

Reporter: Alfira Damayanti