Gunung Sari, Estetika – Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar Seminar dan Kongres Nasional ke-VI Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia (IMABSII) di Gedung Teater Lt.3 Phinisi UNM, Jl. A. P. Pettarani, Makassar, Selasa (17/4).

Seminar bertajuk “Optimalisasi Peran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Mewujudkan Agenda Kebangsaan” ini dihadiri oleh Dosen dari Jurusan Bahasa Indonesia UNM, Dr. Saleh, dan Guru Besar Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Djoko Saryono sebagai pemateri dan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia dari berbagai Universitas yang ada di Indonesia.

Ketua Himaprodi PBSI FBS UNM saat diwawancarai mengenai seminar nasional (17/4). Foto: Anisa Maulidiah/estetikapers.

Seminar yang dimoderatori oleh Dr. Sultan ini mengalami keterlambatan sekitar satu setengah jam, dikarenakan salah satu pemateri utama, Prof. Saryono, mengalami keterlambatan penerbangan dari Manado ke Makassar.

Diawali dengan pembacaan puisi dari Magfira Samsul, oleh Aswati Asri, dan salah satu Wasekjen IMABSII, Fauzan yang berasal dari Jawa Tengah, seminar resmi dimulai.

Saenal Masri, Ketua Himaprodi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (JBSI) sekaligus penanggung jawab IMABSII, Mengungkapkan alasan diangkatnya tema “Optimalisasi Peran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Mewujudkan Agenda Kebangsaan” pada Seminar Nasional ke-VI, Karena saat ini orang-orang dari luar bidang bahasalah yang sering menunjukkan kontribusinya dalam agenda kebangsaan.

Suasana penyampaian materi oleh Prof. Djoko Saryono, M.Pd. pada seminar dan kongres nasional VI IMABSIl, di lt. 3 ruang teater Universitas Negeri Makassar (17/4). Foto: Anisa Maulidiah/estetikapers.

“Melihat keadaan sekarang ini, yang paling sering menunjukkan kontribusinya yaitu orang-orang dari teknik, pertanian, ekonomi, dan sebagainya. Melalui forum ini diharapkan ada gagasan atau rembukan yang dihasilkan oleh teman-teman mahasiswa bahasa dan sastra se-Indonesia dalam perwujudan agenda kebangsaan. Sehingga mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia turut andil dalam mengambil peran untuk mewujudkan agenda kebangsaan,” jelasnya.

Materi pertama yang disampaikan oleh Saleh, adalah peran bahasa dalam pendidikan karakter. Ia, menuturkan bahwa sebagai pejuang di bidang bahasa dan sastra kita harus menjadikan bahasa kita martabat.

“Kita sebagai pejuang di bidang bahasa dan sastra harus menunjukkan perilaku yang santun dalam berbicara yang dapat mempengaruhi pola pikiran yang dibicarakan sehingga bahasa kita menjadi lebih elegan, santun, dan elegan dibanding orang-orang yang menggeluti di luar bidang bahasa,” tuturnya.

Di akhir penyampaian materi pertama, Sultan selaku moderator, menyimpulkan bahwa aspek pemartabatan bangsa dapat diwujudkan melalui sikap bahasa.

“Aspek pemartabatan bangsa ini dapat diwujudkan melalui sikap bahasa kita. Kita bisa bangga dan peduli dengan bahasa Indonesia ini,” tutupnya.

Djoko Saryono selaku pemateri kedua yang merupakan guru besar Universitas Negeri Malang menyampaikan bahwa manusia mengalami kemerosotan literasi di abad ke-21 ini sehingga berdampak pada dunia bahasa dan sastra.

“Kehidupan abad ke-21 saat ini, kita mengalami kemiskinan literasi yang mempengaruhi kemajuan kehidupan bahasa dan sastra, dan 80 persen pengetahuan di dapatkan di luar kampus,” Jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa bahasa dan sastra memilki pengaruh penting dalam kehidupan.

“Dalam kehidupan ini, ibu dari pengetahuan, kreativitas dan inovasi serta intelektual adalah bahasa dan sastra,” Tutupnya.

Adapun Seminar Nasional ini sangat sesuai dengan ekspektasi Panitia, dilihat dari jumlah tiket terjual dan peserta seminar yang melakukan registrasi. Jumlah peserta lebih dari 500 orang, baik yang berasal dari Universitas Negeri Makassar (UNM) maupun dari Universitas di Luar Sulawesi Selatan.

Suasana wawancara bersama mahasiswa asal Universitas Negeri Semarang (17/4). Foto: Anisa Maulidiah/estetikapers.

Salah satu peserta kongres yang berasal dari Universitas Negeri Semarang, Istiqomah, menyampaikan kesan yang Ia dapatkan dari penyelenggaraan seminar ini.

“Banyak hal yang telah saya peroleh dari penyelenggaran seminar ini, didukung dengan materi yang menarik, pemateri yang santai dan asik saya sangat menikmati seminar ini,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ia mengatakan bahwa bangga menjadi bagian dari Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia.

“Saya bangga menjadi mahasiswa Bahasa dan Indonesia di tengah tanggapan orang-orang yang menganggap bahasa Indonesia itu tidak penting untuk dipelajari,” ungkap Mahasiswa berdarah Jawa tersebut.

Reporter: AM 7 ESTETIKA