DI JALAN UTAMA PUSAT KOTA
Dalam remangan subuh yang masih enggan bermangkat
Kutunaikan kewajiban kepada Sang Pencipta
Hajatku bertualang di pusat kota
Pun akan segera kutunaikan
Selagi orang-orang berdasi masih terjaga di pembaringannya
Dari letihnya bekerja sedari kemarin
Agar segarnya udara kota masih sempat jua kudapati
Sentakan kedua kakiku menelusuri pusat kota
Membawaku pada fenomena yang sangat asing dari desaku
Bahkan aku sempat tersandung dibuatnya
Dari buana yang belum memberi tanda untuk memulai pagi
Telah banyak nasib yang telah teradu di pelataran dan trotoar jalan yang kutapaki
Sesekali aku berbalik badan, merenung
Mengapa ada anak setega itu?
Membiarkan orang tuanya bergulat dengan keadaan
Menghela napas setidaknya sedikit menjawab keprihatinanku
Lalu di jalan utama pusat kota
Melintas sosok tua renta bersama seorang balita
Dengan bakul berisikan barang bekas di pundaknya
Lagaknya begitu perkasa di hadapan balita itu
Meskipun nyatanya sangat nampak jelas, tersemat duka di sana
Demikian aku yakin tatkala kupandangi kaki kirinya yang pincang
Aku sama sekali tak beranjak dari tempatku berdiri
Dari kejauhan terdiri lirih
“Kek, pagi ini kita sarapan apa?”
“Pagi ini kita sarapan nasi putih dan telur asin khas, buatan almarhum ibumu.”
Milku, Milkita, Malika, Milk, demikianlah perempuan bernama lengkap Milka Adriani itu hangat disapa. Ia adalah seorang perempuan berdarah Bugis, Kabupaten Barru. Ia merupakan salah satu mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Makassar. Selain aktif di lembaga pers lokal dan kampus, ia juga aktif di beberapa lembaga formal dan informal. Jika membutuhkan sound system manual dan alami, silakan menghubungi akun instagramnya di @_milkasakkirang. Jangan kaget ketika bertemu dengannya, sebab ia akan bersuara bak ada gunung di hadapan komunikannya.