Rilis, Estetika – Dalam rangka memperkuat relevansi dan daya saing kurikulum, Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) menyelenggarakan Workshop Peninjauan Kurikulum di Ruang Senat FBS, Senin (27/10) lalu.

Workshop ini turut dihadiri oleh perwakilan Harian Fajar Multazam, Balai Bahasa Provinsi Maluku Utara Riskal Ahmad, Kepala Bagian (Kabag) Umum Kantor Bupati Gowa Tasriadi, sebagai narasumber stakeholder dan narasumber pakar dari Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) Pusat Much. Khoiri.

Kegiatan ini menjadi momentum strategis prodi untuk memperbarui kurikulum agar selaras dengan dinamika kebijakan pendidikan tinggi, perkembangan industri kreatif, serta kebutuhan nyata masyarakat.

Suasana saat berlangsungnya Workshop Peninjauan Kurikulum Prodi BSI di Ruang Senat FBS, Senin (27/10) lalu. Foto: Dokumentasi Pribadi.

Workshop ini dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan Bidang Akademik (WD 1) FBS UNM, Iskandar, yang menegaskan bahwa pembaruan kurikulum merupakan jantung mutu pendidikan yang harus terus disesuaikan dengan perkembangan zaman.

“Kurikulum adalah living document yang harus responsif terhadap perubahan. Prodi BSI berperan membentuk generasi yang literate, kritis, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi, budaya, serta dunia kerja,” tegasnya.

Di sisi lain, narasumber pakar, Much. Khoiri, menjelaskan tren kebijakan nasional dalam pengembangan kurikulum bahasa dan sastra, serta pentingnya integrasi literasi kritis dan inovasi pembelajaran digital.

Khoiri menyoroti tren global ilmu sastra yang kini bergerak lintas disiplin, menghubungkan sastra dengan teknologi digital, ekologi budaya, media baru, dan humaniora kritis.

“Sastra menjadi ruang penting untuk membongkar wacana, mengkritisi perubahan sosial serta merespons dinamika budaya global dan lokal,” jelasnya.

Lebih lanjut, Khoiri menyampaikan pentingnya penguasaan metode analisis kontemporer dalam studi sastra, seperti digital literary studies, naratologi mutakhir, dan cultural discourse analysis.

Dia menilai penerapan pendekatan interdisipliner menjadi langkah strategis dalam memperkuat posisi keilmuan sastra Indonesia.

“Integrasi pendekatan baru ini dalam kurikulum akan memperkuat posisi keilmuan sastra Indonesia di kancah akademik dan industri kreatif global,” ujarnya.

Menanggapi diskusi peninjauan kurikulum tersebut, Ketua Prodi BSI, Nensilianti, menuturkan bahwa hasil workshop ini akan digunakan untuk menyinkronkan kurikulum dengan Peraturan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Permendiktisaintek) No. 39 Tahun 2025 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, sekaligus memperkuat kebijakan Kampus Berdampak.

Dia mengatakan kurikulum baru ditujukan untuk melahirkan lulusan yang unggul, literate, berkarakter, dan kompetitif, dengan peluang lebih besar di dunia kerja, industri kreatif, pendidikan, dan riset.

“Kurikulum bukan sekadar mata kuliah, tetapi juga menentukan arah masa depan lulusan. Kolaborasi antara kampus, industri, media, dan pemerintah menjamin setiap lulusan Prodi BSI memiliki kompetensi yang bernilai tinggi,” tuturnya.

Selain itu, narasumber stakeholder turut menyampaikan bahwa dunia kerja membutuhkan lulusan yang memiliki kemampuan berpikir kritis, literasi media, keterampilan komunikasi, dan etos profesional yang tinggi.

Pandangan tersebut memperkuat arah pengembangan kurikulum agar tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga aplikatif dan relevan dengan kebutuhan industri, serta lembaga kebahasaan dan kebudayaan nasional.

Workshop ini menghadirkan alumni dari berbagai bidang yang memberikan masukan tentang relevansi kurikulum dengan dunia kerja dan mendorong pembelajaran fleksibel untuk memperkuat soft skills serta jejaring profesional mahasiswa.

Diskusi berlangsung dinamis dan menghasilkan rekomendasi strategis sebagai dasar revisi kurikulum Prodi BSI FBS UNM.

Melalui kegiatan ini, Prodi BSI FBS UNM menegaskan komitmennya untuk membangun kurikulum yang adaptif, inovatif, dan kolaboratif, selaras dengan kebutuhan bangsa dan tantangan global, serta menempatkan sastra Indonesia sebagai kekuatan intelektual dan kultural di era modern.

Rilis: Prodi BSI FBS UNM