Padang, Estetika – “Salamaik datang di ranah Minang, selamaik menikmati budayo dan makanan yang ado di ranah Minang”.
Ketika terdengar di telinga, rasanya tidak asing lagi, apalagi bagi para penggemar film legendaris yang dibintangi oleh Herjunot Ali dan Pevita Pearce, Tenggelamnya kapal Van Der Wijck.
Kali ini penulis tidak akan bahas panjang lebar tentang kisah cinta fenomenal antara Zainuddin dan Hayati, melainkan hanya sebagai pengantar bahwa penulis sedang berinteraksi dengan lingkungan yang berada di ranah Minang, Padang, Sumatera Barat, Jumat (6/6).
Sekadar info, perjalanan dari Makassar ke Padang melalui transportasi udara atau pesawat domestik itu biasanya ditempuh selama 4 jam tanpa transit di bandara mana pun, jika transit maka otomatis akan lebih lama lagi.
Keberadaan penulis di ranah (tanah) kelahiran Hayati nya Zainuddin versi Buya Hamka ini bukan sekadar untuk jalan-jalan melainkan dalam rangka mewakili Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Estetika Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) di Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) JANANG 2018 yang diadakan oleh LPM Suara Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat.
Melalui pengumuman hasil seleksi Panitia JANANG pada tanggal 9 Juli yang lalu, penulis dan seorang perempuan berdarah Takalar, Tirta Ningtiyas Alifia (Prodi: Sastra Inggris 2016) dinyatakan lulus seleksi dan berhak mengikuti kegiatan Nasional tersebut. Hari ini (6/6), kami sudah di lokasi kegiatan.
PJTLN ini akan berlangsung selama 6 hari terhitung dari tanggal 6 Juli sampai 11 Juli 2018 di dua tempat berbeda. Untuk pembukaan dan perkenalan lembaga dilaksanakan di Auditorium Prof. Mahmud Yunus UIN Imam Bonjol sedangkan untuk penerimaan materi dan praktek lapangan sebagai output dari kegiatan ini akan dilaksanakan di tanah kelahiran Bung Hatta, Wakil Presiden Republik Indonesia yang juga dikenal sebagai Koperasi Indonesia, Koto Gadang, Bukit Tinggi.
“Mobile Video Journalism” merupakan tema dari kegiatan ini. Menurut Ketua Panitia PJTLN, Ganti Putra Wardana, pengangkatan tema tersebut tidak terlepas dari realitas dunia jurnalistik saat ini. Melihat jaman yang semakin maju dan begitu banyak informasi yang datang baik itu berupa online, cetak hingga pemberitaan yang hadir di televisi.
Penggunaan smartphone untuk membuat video Jurnalistik bukan lagi asing di telinga masyarakat, di jaman komputerisasi ini pembuatan video tidak harus menggunakan kamera dengan harga selangit cukup memanfaatkan smatrphone yang dibandrol dengan harga terjangkau.
Agar video yang dihasilkan dari smartphone tersebut bisa diterima oleh masyarakat luas, setiap hasil liputan harus mengandung unsur jurnalistik dan teknik pembuatan video yang harus dikuasai wartawan. Smartphone dengan spesifikasi kamera tinggi secara sangat mudah dimiliki oleh masyarakat termasuk mahasiswa. Oleh karena itu kapanpun, dimanapun, dan siapapun bisa memberikan informasi secara cepat khususnya pada bidang video.
“Salamaik datang di ranah Minang, selamaik menikmati budayo dan makanan yang ado di ranah Minang dan ambo harap PJTLN iko bukan untuk pelatihan samato tapi untuk manambah dunsanak,”
ucap M. Rahmadh Naufal As Shiddiq selaku Pimpinan Umum LPM Suara Kampus UIN Imam Bonjol Padang di atas mimbar sambil tersenyum saat menyambut para peserta PJTLN.
Reporter: Syahrul Gunawan