Makassar, Estetika – Mendekati akhir perkuliahan semester gasal 2021, Wakil Rektor Bidang Akademik (WR I) Universitas Negeri Makassar (UNM) mengeluarkan surat edaran dengan nomor 1140/UN36/HK/2021 tentang Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Semester Gasal Tahun Akademik 2021/2022 di Lingkungan UNM, Jumat (29/10) lalu.

BACA JUGA: WR I UNM KELUARKAN SURAT EDARAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA TERBATAS

Di samping itu, dilansir dari laman kemdikbud.go.id, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud-Ristek), Menteri Agama (Menag), Menteri Kesehatan (Menkes), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Republik Indonesia (RI) telah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) dengan Nomor 05/KB/2021, Nomor 1347 tahun 2021, Nomor HK.01.08/MENKES/6678/2021, Nomor 443-5847 Tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang ditetapkan di Jakarta, Kamis (21/12) lalu.

BACA JUGA: KEPUTUSAN BERSAMA 4 MENTERI TENTANG PANDUAN PENYELENGGARAN PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI COVID-19

Memasuki Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022, Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) UNM menetapkan perkuliahan metode hybrid learning pada Kamis (3/2) lalu yang merujuk pada hasil rapat pimpinan universitas.

Metode hybrid learning merupakan penggabungan kuliah tatap muka dan kuliah daring dengan pengajaran di ruang kelas nyata pada umumnya dengan sistem perbandingan 50:50 di mana setengah dari jumlah mahasiswa dapat mengikuti proses pembelajaran secara tatap muka dan sebagian mendapatkan materi dalam jaringan (daring).

BACA JUGA: HYBRID LEARNING JADI METODE PERKULIAHAN FBS UNM

Tim Penelitian dan Pengembangan (Litbang) LPM Estetika mengadakan jajak pendapat di lingkup FBS UNM terkait “Mahasiswa Lebih Nyaman Daring atau Luring?” guna mengetahui apakah mahasiswa menyukai proses perkuliahan secara tatap muka (luring) atau kuliah daring pada semester genap ini.

Jajak pendapat yang berlangsung selama sepekan, Rabu-Selasa (2-8/2) ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner Google Form dan diisi oleh 182 responden dari delapan Program Studi (Prodi) di FBS UNM meliputi angkatan 2019, 2020, dan 2021, dengan rincian 142 responden (78%) mengaku pernah mengikuti perkuliahan tatap muka dan 40 responden (22%) sama sekali belum pernah mengikuti perkuliahan secara tatap muka.

Adapun hasil yang diperoleh dari jajak pendapat Tim Litbang, yakni:

1. Sebanyak 28 responden (15%) dan 67 responden (37%), berpendapat bahwa kuliah daring tidak sama efektifnya dengan kuliah tatap muka (luring), sedangkan sebanyak 46 responden (25%) memilih netral, dan sisanya 27 responden (15%) dan 14 responden (8%) setuju kuliah daring sama efektifnya dengan kuliah tatap muka  (luring).

2. Terdapat 74 responden (41%) memilih netral bahwa mahasiswa dapat mengerti setiap mata kuliah yang dibawakan oleh dosen dengan baik selama kuliah daring berlangsung. Sedangkan 49 responden (27%) dan 12 responden (7%) setuju bahwa mahasiswa dapat mengerti setiap mata kuliah yang dibawakan oleh dosen dengan baik selama kuliah daring berlangsung, dan sisanya 10 responden (5%) dan 37 responden (20%) berpendapat tidak setuju.

3. Mesin pencarian seperti Google dan web jurnal lainnya menjadi alternatif bagi mahasiswa untuk mendapatkan penjelasan lebih detail terhadap mata kuliah yang kurang dipahami. Hal ini dapat dilihat dari 64 responden (35%) dan 69 responden (38%) sependapat dengan hal tersebut, sedangkan hanya 6% yang tidak sependapat dengan hal tersebut atau sebanyak 11 responden. Sisanya, 38 responden (21%) memilih netral.

4. Infografik menunjukkan bahwa 53 responden (29%) memilih netral bahwa bantuan kuota data Internet dari Kemendikbudristek mencukupi kebutuhan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan secara daring , sedangkan 34 responden (19%) dan 30 responden (17%) memilih sepakat dengan hal tersebut, sisanya 39 responden (21%) dan 26 responden (14%) malah sebaliknya.

5. Sejumlah 41 responden (23%) dan 42 responden (23%) berpendapat bahwa koneksi sinyal di wilayah mereka mendukung proses perkuliahan secara daring, sementara 9 responden (5%) dan 28 responden (15%) berpendapat tidak mendukungnya sinyal di wilayah mereka, dan selebihnya 34% atau 62 responden memilih netral.

6. Sejak pandemi COVID-19 mewabah, 60 responden (33%) dan 36 responden (20%) berpendapat bahwa mereka merasa nyaman dan aman kuliah daring, dan 51 responden (28%) memilih netral, sedangkan hanya 18 responden (10%) dan 17 responden (9%) tidak setuju dengan hal tersebut.

7. Diketahui sebanyak 38 responden (21%) dan 39 responden (21%) memilih netral bahwa perkuliahan daring maupun luring tidak memengaruhi semangat belajar, sedangkan 24 responden (13%) dan 28 responden (15%) tidak menyetujui hal tersebut, dan 53 responden (29%) memilih netral.

8. Ditemukan bahwa 54 responden (30%) dan 73 responden (40%) menyetujui bahwa kuliah luring membantu mahasiswa dalam berinteraksi saat perkuliahan berlangsung, sedangkan 7 responden (4%) dan 9 responden (5%) tidak menyetujui hal tersebut, dan sisanya 39 responden (21%) memilih netral.

9. Tingkat poduktivitas mahasiswa lebih tinggi jika perkuliahan dilakukan secara luring. Hal ini terlihat pada persentase sebanyak 28% dan 25% atau 95 responden menyetujui hal tersebut. Di sisi lain, terdapat 7 responden (4%) dan 14 responden (8%) merasa produktivitasnya menurun. Selebihnya, sebanyak 66 responden (36%) memilih netral.

Penulis: Tim Litbang LPM Estetika FBS UNM