Makassar, Estetika – Himpunan Mahasiswa (HMPS) Program Studi (Prodi) Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar (UNM) menyelenggarakan Seminar Nasional di Ballroom D Lantai Dua Gedung Piniisi UNM dan via Zoom, Sabtu (8/6).

Tantangan ekonomi global di era digital seperti kecanduan gadget menyebabkan kemalasan yang semakin tinggi menjadi faktor utama diangkatnya tema “Transformasi Pendidikan Abad ke-21: Strategi Inovatif dalam Menghadapi Tantangan Ekonomi Global Era Digital” guna menyadarkan pentingnya strategi dalam menghadapi suatu masalah.

Kegiatan ini menghadirkan lima narasumber, yakni Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNM, Thamrin Tahir, Praktisi Pendidikan Ekonomi dan Pendidikan Kewirausahaan I, Gede Arya Pering Arimbawa, Penulis Buku “Kuliah Kok Mahal”, Panji Mulkillah Ahmad, Dosen Universitas Yarsi Tangerang, Iben Ibratama, dan Dosen Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam – Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) – Universitas Indonesia (UI), Nur Fatwa.

Suasana saat berlangsungnya Seminar Nasional di Ballroom D Lantai Dua Gedung Phinisi UNM dan via Zoom, Sabtu (8/6). Foto: Nur Andini/Estetikapers.

Narasumber pertama, Thamrin Tahir, menjelaskan bahwa posisi pendidikan nasional dalam konteks global dari hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang mencakup matematika, sains, dan kemampuan membaca Indonesia pada tahun 2009 berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396.

“Posisi pendidikan nasional Indonesia berada di bawah rata-rata,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa ada lima pilar untuk meningkatkan minat baca di era digital, yakni belajar untuk mencari tahu, mengerjakan, menjadi sesuatu, hidup bersama dalam kedamaian, dan guna memperkuat keimanan, ketaqwaan, serta akhlak mulia.

“Terdapat lima pilar yang dapat meningkatkan minat baca pada Abad ke-21 ini,” tuturnya.

Di sisi lain, narasumber ketiga, Panji Mulkillah Ahmad, menyebut bahwa dalam konteks pendidikan di abad ke-21, tantangan akses pemuda ke perguruan tinggi menjadi perhatian utama, masih ada kesenjangan yang signifikan dalam hal aksesibilitas dan keterjangkauan pendidikan tinggi, terutama di daerah terpencil.

“Meskipun kemajuan teknologi telah membuka peluang baru untuk pendidikan jarak jauh, masih terdapat kesenjangan signifikan,” ujarnya.

Menyambung hal itu, narasumber keempat, Ben Ibratama, menyampaikan bahwa dalam menghadapi berbagai tantangan perekonomian global, bangsa Indonesia dihadapkan pada tugas besar untuk melakukan transformasi menyeluruh, tidak hanya di bidang pendidikan tetapi juga di sektor lainnya.

“Bangsa Indonesia dihadapkan pada tugas besar untuk melakukan transformasi menyeluruh,” tambahnya.

Sementara itu, narasumber terakhir, Nur Fatwa, menegaskan bahwa mahasiswa harus dibekali dengan kemampuan kreatif, kritis, dan strategis, serta kekurangan infrastruktur sebagai salah satu hambatan utama dalam mengimplementasikan strategi inovatif di sektor pendidikan.

“Mahasiswa itu harus kreatif, kritis, dan strategis untuk menunjang kualitas dirinya,” tegasnya.

Reporter: Nur Andini (Magang)