Makassar, Estetika – Lembaga Kemahasiswaan (LK) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) yang tergabung dalam Front Pembela Rakyat (FPR) menggelar aksi di Badan Pertahanan Nasional (BPN) Sulawesi Selatan dan di bawah Fly Over Jalan Andi Pangeran Pettarani, Jumat (24/9).

Aksi ini digelar untuk memperingati momentum Hari Tani Nasional 2021 dengan tema “Lawan Monopoli dan Perampasan Tanah” sebagai bentuk kampanye atas kebijakan pemerintah terkait reforma agraria yang tidak berpihak kepada kaum tani dan rakyat dengan pernyataan sikap dan menuntut 13 tuntutan.

Adapun tuntutan pada aksi kali ini yaitu:

  1. Tolak pembaharuan HGU PTPN XIV Takalar dan PT. Lonsum Bulukumba.
  2. Hentikan perampasan lahan masyarakat oleh PTPN XIV di Luwu Timur.
  3. Selesaikan seluruh kasus sengketa lahan di Sulawesi Selatan.
  4. Wujudkan kedaulatan pangan.
  5. Cabut UU Cipta Kerja.
  6. Deklarasi darurat iklim.
  7. Wujudkan reforma agraria sejati dan bangun industri nasional.
  8. Jamin kestabilan harga dan hasil produksi pertanian.
  9. Segera sahkan RUU PKS.
  10. Cabut UU Dikti.
  11. Perpanjang moratorium sawit.
  12. Tingkatkan komitmen NDC Indonesia sesuai perjanjian paris.
  13. Hentikan represifitas & kriminalisasi terhadap aktivis dan rakyat.
Suasana saat penyampaian orasi dari Korlap FBS UNM di bawah Fly Over Jalan Andi Pangeran Pettarani, Jum’at (24/9). Andi Raihan Aras

Koordinator Lapangan (Korlap) FBS UNM, Marlin K, menjelaskan bahwa aksi yang digelar di kantor BPN Sulsel karena terdapat salah satu tuntutan, yakni pembaharuan HGU di PTPN XIV di Takalar dan PT. Lonsum di Bulukumba yang menangani adalah para pekerja di kantor BPN Sulsel.

“Pada aksi pertama yang titiknya di BPN Sulsel itu dikarenakan kami menolak pembaharuan HGU di PTPN XIV di Takalar dan PT. Lonsum di Bulukumba karena dapat merampas tanah milik kaum tani dan rakyat, yang dimana pengurusanya berada di kantor BPN Sulsel. Maka dari itu, titik aksi kami gelar di BPN Sulsel,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa aksi kedua yang digelar di Fly Over bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa kondisi pertanian saat ini sangat buruk.

“Titik aksi kedua di Fly Over itu bertujuan untuk memberitahukan kepada seluruh masyarakat di Sulsel bahwa kondisi pertanian Indonesia saat ini sangat buruk sekali, dimana pemerintah seakan-akan membebaskan kaum-kaum yang memiliki kekuasaan untuk memperluas lahannya sehingga merugikan kaum tani,” ucapnya.

Di samping itu, ia berharap agar pemerintah dapat membuat suatu kebijakan yang dapat mensejahterakan kaum tani

“Untuk momentum Hari Tani Ini saya berharap agar pemerintah dapat mendengarkan aspirasi-aspirasi kami dan kedepanya mampu membuat suatu kebijakan yang peduli terhadap kaum tani dan untuk mahasiswa sebagai kaum intelektual harus peduli terhadap fenomena yang terjadi dan segera bertindak untuk mengatasi setiap permasalahan yang tengah dihadapi,” harapnya.

Reporter: Andi Raihan Aras