UNM

KILAS BALIK PENOLAKAN KENAIKAN BBM, KORLAP: TOKOH YANG DULU MENOLAK KINI JADI DALANG

Makassar, Estetika – Massa Aksi Aliansi Mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) menolak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jalan A. P. Pettarani, Senin (5/9).

Kebijakan pemerintah yang resmi mengumumkan kenaikan harga BBM dalam konferensi pers di Istana Negara pada Sabtu (3/9) kemarin jelas menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia.

Kebijakan ini seolah menyegarkan ingatan masyarakat pada insiden Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Demokrat Indonesia (PDI) Perjuangan di Makassar, Selasa 27 Mei 2008 lalu. Momen di mana Megawati Soekarno Putri bersama putrinya, Puan Maharani menitikkan air mata saat pembahasan kenaikan harga BBM.

Tak hanya itu, pada Jumat (30/3/2012) lalu, Fraksi Partai Demokrat Indonesia (PDI) Perjuangan pernah menerbitkan sebuah buku merah yang berjudul “Argumentasi PDI Perjuangan Menolak Kenaikan Harga BBM”.

Buku tersebut dibagikan kepada anggota Fraksi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), pers, dan pengunjung rapat paripurna DPR di ruang Komisi X DPR.

Kilas balik kasus tersebut jelas kontradiktif dengan kebijakan yang pemerintah putuskan. Terlebih diketahui bahwa PDI Perjuangan merupakan partai pengusung Kabinet Indonesia Maju Presiden Indonesia sekarang, Joko Widodo (Jokowi).

Melalui aksi ini, aliansi mahasiswa UNM mendesak figur-figur tersebut untuk kembali menangis sebagaimana yang mereka lakukan pada saat memprotes kenaikan harga BBM di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Dalam orasinya, Koordinator Lapangan (korlap) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNM, Aidil Arya, mengatakan bahwa terdapat beberapa petinggi negara yang kini menjabat namun dulunya pernah dengan tegas menolak kenaikan BBM pada masa pemerintahan SBY.

Aidil menuturkan bahwa tokoh tersebut hanya menjadi ingatan belaka, sebab mereka hanya bungkam atau bahkan menjadi dalang dari kenaikan harga BBM.

“Bahkan dari Ibu Megawati sendiri yang menerbitkan buku tersebut menolak tegas, namun sekarang tokoh yang dulu menolak kebijakan kenaikan BBM justru tetap diam, bahkan mereka dalang dari kenaikan BBM itu sendiri,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menyayangkan sikap presiden yang menyebut bahwa kenaikan BBM adalah penstabilan, padahal hanya perusak ekonomi masyarakat.

“Perusakan ekonomi masyarakat terjadi karena harga-harga yang bermunculan di pasaran pasti turut naik karena barang-barang yang ada di sini pasti ditranportasikan dari luar daerah itu sendiri,” pungkasnya.

Reporter: Milka Adriani

Related posts

234 INFO BEASISWA DALAM DAN LUAR NEGERI DI BEASISWAINDO.COM

LPM Estetika FBS UNM
October 31, 2017

INFO PERPANJANGAN JADWAL PEMBAYARAN UKT UNM SEMESTER GENAP TA 2021/2022

Editor Estetika
January 20, 2022

HARLAH KE-VIII, UKM PHINISI CHOIR HELAT KONSER BERTAJUK RETRO

LPM Estetika FBS UNM
December 1, 2019
Exit mobile version