Makassar, Estetika – Workshop Kepenulisan Sastra Jurnalistik dan Bedah Buku RE oleh Maman Suherman yang diselenggarakan UKM LPM Corong Unismuh di Auditorium Unismuh, Minggu (29/10) berlangsung penuh haru. Pasalnya bedah buku RE ini membuat Kang Maman dan para peserta menitikkan air mata.
Di kesempatan ini juga para peserta workshop dapat mengetahui kisah dibalik buku Re yang ditulis oleh Maman Suherman. Buku RE ini adalah karyanya yang berbasis fakta. Buku tersebut bercerita tentang seorang perempuan yang harus menjalani pekerjaan sebagai pelacur lesbian. Maman Suherman mengungkapkan bahwa awalnya ia hanya ingin melakukan penelitian untuk skripsinya sampai akhirnya ia ikut terlibat dalam kehidupan Re.
“Awalnya saya hanya ingin menyelesaikan skripsi sampai akhirnya saya bekerja sebagai sopir Re selama dua tahun dan kemudian saya tahu bagaimana kehidupan dia sebelum bekerja di dunia pelacuran itu,” ujar lelaki yang akrab dengan panggilan Kang Maman ini.
Menjalani kesehariannya bersama seorang Re, Kang Maman pernah menaruh hati pada perempuan itu. Namun pahit harus diterimanya, wanita tersebut merasa tidak pantas bersanding bersamanya karena takut merusak masa depan gemilang Kang Maman. Bagi Kang Maman, Re bukanlah seorang pelacur, ia adalah sosok ibu yang sangat menyayangi anaknya.
“Saya tidak pernah sekalipun mengganggap Re seorang pelacur. Dia adalah sosok ibu pekerja keras yang begitu menyayangi anaknya. Bahkan hingga akhir hayatnya, Re bahkan tidak pernah ingin mengatakan bahwa dia adalah ibu kandung Melur (Anak Re),” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Sampai pada tanggal 2 November saat itu, Kang Maman membaca berita kematian Re di koran dengan kondisi yang mengenaskan. Menemukan sepucuk surat yang ditulis Re dan ditujukan kepadanya, membuat Kang Maman memutuskan menulis Buku RE:.
“Saya menemukan sepucuk surat yang ditujukan kepada saya dan ternyata surat itu dari Re. Suratnya ada di belakang buku RE:. Melalui buku ini, saya ingin memberitahukan bahwa kita tak memiliki hak untuk menghakimi orang lain, toh Tuhan juga tidak menghakimi kita kok,” ungkap penulis buku peREmpuan itu.
Reporter : Nur Rahmah