UNM

EKSPLORASI SENI DAN BUDAYA KINGDOM LAB ART HMJ BIOLOGI FMIPA UNM TAHUN 2021

Rilis, EstetikaAccera Kalompoang di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan sampai saat ini masih terlihat dengan kokoh sebuah rumah panggung kerajaan (balla lompoa), yang kini menjadi museum sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda kerajaan.

Benda-benda peninggalan yang ada seperti; mahkota raja (salokoa), busana raja, tombak, bendera, dan termasuk alat-alat kesenian. Semua benda yang ada di atas rumah museum Balla Lompoa tersimpan dengan baik dan rapi karena dirawat secara rutin oleh keluarga kerajaan dan pemerintah setempat.

Adapun diantara benda pusaka itu ada yang terlihat usang karena faktor usia yang diperkirakan sudah ratusan tahun sehingga dengan melihat bentuk atau wujudnya terkesan bahwa benda pusaka tidak terawat.

Di setiap tahunnya (tammu taung) benda-benda pusaka dibersihkan dengan mengadakan upacara ritual khusus yang disebut accera’ kalompoang (pembersihan benda kerajaan dengan memberi darah).

Kalompoang adalah benda-benda tanda kebesaran dari kesatuan pemerintahan atau kerajaan, baik berupa senjata, perhiasan maupun alat rumah tangga yang diberikan kepada gaukang (benda-benda pusaka dari kalompoang).

Benda pusaka itu memiliki ciri yang khas sehingga benda tersebut dianggap benda titisan, suci dan memiliki kekuatan gaib.

Masyarakat mempercayainya sebagai pelindung jiwa. Kalompoang adalah benda titisan dari tokoh-tokoh yang luar biasa, yang berwujud benda dan sakti seperti salokoa (mahkota raja) dan sudanga (berupa pedang). Suku Makassar di Kabupaten Gowa meyakini adanya kekuatan sakti yang terdapat dalam benda-benda kerajaan.

Adapun bagi keluarga kerajaan, upacara ritual (Accera’ Kalompoang) ini penting dilakukan karena dengan membersihkannya dipercaya menentukan kemakmuran daerah Gowa dan ketentraman masyarakat ke depannya. Oleh sebab itu, pada puncak rangkaian upacara dilakukan ritual “penimbangan” terhadap mahkota raja (salokoa). “Penimbangan” ini adalah peristiwa yang sangat sakral dengan latar belakang kepercayaan, bahwa; kalau volume berat hasil timbangan mahkota raja (salokoa) mengalami kenaikan, dipercaya sebagai tanda bahwa kehidupan masyarakat dan daerah Gowa akan makmur dan berkembang, sebaliknya jika volume hasil timbangan mahkota raja menurun dipercaya akan ada malapetaka yang akan menimpah daerah Gowa dengan segala dampak buruk yang ditimbulkannya bagi masyarakatnya.

Begitu sakral dan pentingnya upacara itu, maka mulai dari proses upacara harus dilakukan sebaik dan selengkap mungkin. Berikut beberapa pertanyaan mengenai tradisi Accera’ Kalompoang.

Apa saja tahapan-tahapan tradisi ini

Ada beberapa tahapan pada tradisi upacara “Accera Kalompoang” yaitu annangkasi atau membersihkan, annyossoro’ atau meluluhkan, dan accera atau memberikan cairan darah kerbau jantan pada benda benda tertentu.

Bagaimana pelaksanaan teknis tradisi ini?

Adapun pelaksanaan teknis dari tradisi ini yaitu dilaksanakan oleh keluarga raja, pemerintah daerah, kerabat raja, tokoh agama, adat, budaya, tokoh masyarakat pendamping raja dan kelompok bati salapang (dewan pemangku adat) yang menggunakan cairan darah jantan yang sehat dan tidak cacat.

Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam tradisi ini?

Pihak yang terkait dalam tradisi ini adalah kerabat para raja, tokoh adat, budaya, agama, kerabat raja, pendamping raja dan kelompok bati salapang (dewan pemangku adat).

Apa makna tradisi ini?

Makna dari tradisi ini yaitu dipercaya menentukan kemakmuran daerah Gowa dan ketentraman masyarakat ke depannya.

Apa tujuan diadakannya tradisi ini?

Tujuan diadakannya tradisi ini adalah untuk pengganti pada saat adnya nanti marabahaya.

Bagaimana sejarah dilaksanakannya tradisi ini?

Kalompoang adalah benda benda tanda kebesaran dari kesatuan pemerintahan atau kerajaan, baik berupa senjata, perhiasan maupun alat rumah tangga yang diberikan kepada gaukang (benda-benda pusaka dari kalompoang). Benda pusaka itu memiliki ciri yang khas, sehingga benda itu dianggap benda titisan, suci dan memiliki kekuatan gaib. Masyarakat mempercayainya sebagai pelindung jiwa. Kalompoang adalah benda titisan dari tokoh-tokoh yang luar biasa, yang berwujud benda dan sakti seperti salokoa (mahkota raja) dan sudanga (berupa pedang). Suku Makassar di Kabupaten Gowa, meyakini adanya kekuatan sakti yang terdapat dalam benda-benda kerajaan.

Apakah ada motif politik dengan diadakannya tradisi ini?

Pada tradisi ini tidak ada aspek politik, karena semua warga hadir dan tidak ada efek politiknya.

Sejak kapan tradisi ini dilaksanakan?

Tradisi ini dilaksanakan setelah hadirnya penguasa pertama yaitu Karaeng Sanjaya Ri Gowa pada awal abad 14. Namun pada pelaksanaan tradisi ini orang-orang yang hadir terbatas.

Bagaimana sikap antusias masyarakat terhadap diadakannya tradisi ini?

Masyarakat sangat mendukung diadakannya tradisi “Accera Kalompoang”.

Apa ada hal yang spesial dari tradisi ini sehingga tradisi tersebut dilaksanakan sampai sekarang?

Ada, karena aspek sosial dimana dianggap penting sebagai tradisi dari tokoh adat, budaya dan lain sebagainya, juga terbentuknya keharmonisasi pada masyarakat Gowa.

Siapa saja yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan tradisi ini?

Yang hadir dalam tradisi “Accera Kalompoang” adalah kerabat raja, tokoh adat, budaya, agama, pendamping raja dan kelompok bati salapang (dewan pemangku adat).

Apakah masyarakat diwajibkan semua untuk mengikuti ritual tradisi ini?

Tidak, tradisi ini tidak diwajibkan juga tidak ada pemaksaan dalam mengikutinya namun hanya dari kesadaran masyarakat untuk mengenal budaya lokalnya.

Dimanakah tradisi ini dilaksanakan?

Tradisi ini dilaksankan di halaman Museum Balla Lompoa.

Bagaimana pendanaan dalam pelaksanaan tradisi ini?

Sponsor dalam hal ini adalah pemerintah daerah yang bekerja sama dengan tokoh adat, penggiat seni budaya, masyarakat dan tokoh penting dari museum ini.

Bagaimana ajaran Islam memandang tradisi ini?

Tradisi “Accera Kalompoang” disesuaikan dengan ajaran agama islam yang berlaku.

Adakah unsur agama dalam pelaksanaan tradisi ini?

Iya ada contohnya dalam berdoa kepada Tuhan.

Apakah dalam pelaksanaan tradisi ini terdapat ketidaksesuaian dengan ajaran Islam?

Tidak, semua hal dalam upacara sudah di anggap sesuai dengan ajaran agama islam.

Apa nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini?

Nilai yang terkandung dalam tradisi ini yaitu, nilai patriotisme, harmonisasi, dan pengenalan budaya dalam membentuk kepribadian dari masyarakat.

Bagaimana kegiatan-kegiatan dalam ritual tradisi ini?

Pada puncak rangkaian upacara, dilakukan ritual “penimbangan” terhadap mahkota raja (salokoa). “Penimbangan” ini adalah peristiwa yang sangat sakral dengan latar belakang kepercayaan, bahwa; kalau volume berat hasil timbangan mahkota raja (salokoa) mengalami kenaikan, dipercaya sebagai tanda bahwa kehidupan masyarakat dan daerah Gowa akan makmur dan berkembang, sebaliknya jika volume hasil timbangan mahkota raja menurun dipercaya akan ada malapetaka yang akan menimpah daerah Gowa dengan segala dampak buruk yang ditimbulkannya bagi masyarakatnya. Begitu sakral dan pentingnya upacara itu, maka mulai dari proses upacara harus dilakukan sebaik dan selengkap mungkin. Sebelum “Accera Kalompoang” dilakukan tahap yaitu Appidalleki yaitu sesajian dengan doa kepada tuhan, A’royong yaitu acara musik yang religi, memakai kostum baju bodo serta barasanji, dan Alleka je’ne yaitu pengambilan air suci di Bungung Lompoa.

Apakah ada nilai-nilai yang ditanamkan dalam pelaksanaan tradisi?

Nilai yang ditanamkan adalah nilai kerja sama, serta nilai historis dalam mengingat budaya yang telah lama agar selalu ada dalam benak masyarakat.

Sejauh mana tokoh agama mengawasi pelaksanaan tradisi ini agar tidak melenceng dari ajaran agama Islam?

Tokoh agama dihadirkan juga dalam upacara ini selain agar tidak melenceng dari agama juga untuk saling bersinergi antara satu sama lain.

Rilis: Mahasiswa HMJ Biologi FMIPA UNM

Related posts

PENAMPILAN AKUSTIK INAUGURASI HIBRIDISASI HMJ KIMIA FMIPA UNM SUKSES HIBUR PENONTON

LPM Estetika FBS UNM
September 15, 2019

HARI KEDUA TOOLS, IKBIM ADAKAN OUTBOUND DAN MALAM BINA AKRAB

Editor Estetika
November 21, 2021

FENOMENA RENDAHNYA PENDIDIKAN ANAK DI KAMPUNG KARABBA KOTA MAKASSAR

Editor - Ahmad Ardiansyah
September 6, 2022
Exit mobile version