Parangtambung, Estetika– Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sastra Indonesia (Sasindo) Dewan Mahasiswa (DEMA) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (JBSI) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) mengadakan Dimensi Pena di Gedung DG FBS UNM, Rabu (12/12).
Kegiatan yang bertemakan “Bahkan Setelah Ku Mati, Tulisan Ku Masih Bernyawa” bertujuan untuk menciptakan lingkungan intelektual mahasiswa terkhusus pada mahasiswa Program Studi (Prodi) Sasindo agar dapat memberikan pemahaman perihal esai yang menjadi kesulitan yang sering dialami mahasiswa saat ini.
Jusiman, selaku pemateri menyampaikan bahwa essai merupakan karya sastra yang hanya didapatkan dalam fiksi namun memiliki pengetahuan ilmiah.
“Esai itu merupakan karya sastra yang bukan bukan, sebab kadang dikatakan fiksi tapi ada juga yang ilmiah. Fenomena esai itu sekarang memiliki fungsi sebagai pengantar buku dan sebagai media promosi,” ujarnya.
Arlin, selaku pemateri, juga menyampaikan bahwa tulisan esai merupakan sebuah tesis dan argumen.
“Dalam esai itu terdapat dua hal, yaitu tesis dan argumen. Tesis merupakan kesimpulan sebuah fenomena dan argumen merupakan fakta, teori, data yang mendukung tesis,” kata pria asal Kabupaten Barru ini.
Di sisi lain, Wahyu Gandi, selaku pemateri terakhir, mengungkapkan bahwa esai dan opini dapat dibedakan melalui sebuah pemecahan masalah.
“Untuk membedakan esai dan opini kita bisa melihat dari opini yang selalu memberikan solusi sedangkan esai tidak. Esai berbicara tanpa menggurui,” ungkapnya.
Dengan terlaksananya kegiatan ini, Rostan Yuniardi, selaku Ketua HMPS Sasindo berharap agar pemahaman mahasiswa dapat diperoleh melalui diskusi.
“Saya berharap agar nantinya, mahasiswa bisa mendapatkan referensi kepenulisan melalui diskusi,” harapnya.
Reporter : Rerifa Abdu Rahman & M. Renaldi Ramadhani