Penyuara Rindu untuk Ibu
Pengasuh raga pemberi jiwa
mengasingkan perih terasa
dari ribuan cerita kuno yang abadi
aku tak temui dirimu terpaut
Sejak saat kau berjuang
napas terbuang diganti sayang
lalu jiwa-jiwa keras pergi
entah dibawa lekang atau kenang
dan dalam penerangan
memecah belah penat
suara emas didapat pula
dalam kecanduan merindukan ibu
Ratusan sebab ku tanya
dari mana datangnya cinta
kasih mengikut jua
mengapa jerah mengusap sendu
tentang cinta dan perjuangan
lemah melanda kering menderu
dijuang dipuja disayang-sayang
pengusir kasih menjelma jiwa
demi kisah lain dalam kesemuan
palsu sudah dirayu sesaat
ibu tak pernah menyayat dada
Hingga dipenghujung usia
selang keranda di tengah
ibu sukar melupa
tentang anak berat rasanya
Sekarang ku bayang ku tau merasa
setelah tiada aku kemana
banyak tanya belum menyapa
ketika hendak engkau sedang dalam dekapanku
Ibu, anya rindu penangkap doa
Ibu, akar penopangku
detakku mungkin tak bisa berhenti sejenak
Ibu, pecandu kasihmu aku terpaut
dengan kata jua cinta
Ibu, sumber ketidaktahuanku untuk melukisnya dengan sajak
Makassar, 2017
Rindu Dalam Sumbing Kemuakan
Debu debu rindu
mengepal menyatu dalam darah
kala kami berjuang membangun mimpi
menyeberangi luapan emosi meraung rimba
Kala itu,
kami mengayun dalam suka
kami aman dalam dekapan
kami lupa seakan dunia punya alur
suara kami beradu menyatu bersama zaman
Lalu lingkaran kami abadi
saat sorakan di jemari
menawan satukan tuju
lalu terhimpit oleh luka bersenandung
tapi bungkam dengan harimau yang jinak
kala itu, satu tuju satu arah kami
melambungkan api membara di dada
kami disengit isak bahwa kami selalu menang
Lalu tiba-tiba sang anjing meraung
disusul anak-anaknya
memimpin kami bak roda berkawat
diterpa angin hebat menyesakkan jiwa
yang katanya akan abadi dalam damai
tetapi hancur entah kemana
seraya mengapit kekuatan kami
Lingkungan kami malang
digelari bentrok berkepanjangan
sambutlah lagi semua kawan kami
nun mati dan rusuh ditelan amarah
kami rindu,
kami menangis tapi pemimpin kami buta
kami berteriak tapi mereka sungguh penoda
sajak pilu kami
dengarlah wahai dunia
sembari ceritakan bahwa kami amat lara
Makassar, 2017
sumber gambar: harian.analisadaily.com