Makassar, Estetika – Pukul 09.41 Wita, Redaksi Estetika mendapatkan kiriman dari pesan WhatsApp terkait surat penarikan diri peserta Kongres IMABSII VI. Berikut petikan suratnya:
“Yang terhormat,
Panitia Pelaksana Kongres IMABSII VI
Universitas Negeri Makassar
Kami dari Universitas Hasanuddin menarik diri dari kongres bukan karena tidak berkomitmen pada IMABSII, tetapi murni karena adanya penyerangan fisik kepada ketua himpunan IMSI. Kami merasa hal ini terindikasi dirancang secara terstruktur oleh kepanitiaan. Hal tersebut terbukti, panitia langsung memadamkan lampu secara bertahap lalu melempar kursi kepada peserta forum. Pada saat lampu masih padam terjadi pelemparan kursi dan pemukulan kepada peserta; termasuk kepada KETUA IMSI KMFIB-UH. Saat pemadaman lampu ada teriakan secara berulang-ulang “MANA KETUANYA UNHAS?”. Atas pertimbangan itu, maka kami merasa bahwa ketua kami dalam hal ini merupakan simbol lembaga kami, tidak aman lagi berada di lokasi kongres. Semestinya, panitia sebagai penyelenggara memberikan rasa aman dan kenyamanan kepada seluruh peserta sebagai tanggungjawab. Beberapa peserta pun mendapatkan perlakuan yang sama.
Kami meminta kepada panitia penyelenggara KONGRES VI IMABSII yang telah mencederai simbol lembaga kami untuk,
1. Meminta maaf secara kelembagaan.
2. Memberikan jaminan keamanan bagi seluruh peserta kongres jika kongres ini tetap ingin dilanjutkan.
Hal ini kami lakukan demi menjaga hubungan baik antar kedua lembaga dan keberlangsungan IMABSII.
-KELUARGA BESAR IKATAN MAHASISWA SASTRA INDONESIA KMFIB-UNHAS-“.
Tulisan diatas adalah surat penarikan diri yang ditulis oleh Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia, Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin ( IMSI KMFIB-Unhas) yang menyatakan kekecewaan atas apa yang terjadi di Kongres Sidang IMABSII VI saat menuju pemilihan Sekertaris Jendral (Sekjen) IMABSII baru yang berlangsung sekitar pukul 01.20 Wita, Jum’at (20/4), di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Amkop Makassar, Surat ini pun telah tersebar di beberapa media sosial. Redaksi Estetika menampilkan isi surat tersebut tanpa mengubah sedikitpun redaksi katanya.
Baca Juga: Perwakilan UM dan UNM Bersaing Menjadi Sekjen IMABSII
Terkait isi surat tersebut, Reporter Estetika mencoba mengklarifikasi langsung kepada Ketua Umum IMSI KMFIB-Unhas, Muhammad Lutfi Ridwan. Ia membenarkan bahwa surat edaran itu benar ditulis oleh IMSI KMFIB-Unhas.
“Iya, betul,” katanya. Saat disinggung persoalan pemukulan, ia membenarkan bahwa ia menjadi korban pemukulan saat terjadi pemadaman lampu.
“Iya, sempat di dalam ruangan sama dekat tangga dipukul,” akunya.
Saat dimintai kejelasan siapa pelaku yang memukulnya saat itu, Lutfi hanya mengatakan bahwa ia sebenarnya tahu siapa pelakunya, tapi enggan membeberkan identitas pelaku.
“Saya tahu orang yang memukul saya. Tapi saya tidak mau bilang karena saya jaga hubungan, biarkan dia sadar sendiri! Kalau memang dia sadar dia datangji minta maaf,” jelasnya pada Estetika melalui via aplikasi chat WhatsApp pukul 22.32 Wita, Jum’at (20/3).
Dilansir dari kabar.news terkait penyerangan, pemadaman lampu secara bertahap, pelemparan kursi, pemukulan, hingga penyekapan, Reporter Estetika langsung menemui panitia IMABSII VI untuk meminta tanggapan atas hal tersebut. Erlan Sapurta, selaku Ketua Panitia Kongres IMABSII VI, membenarkan bahwa adanya pemadaman lampu hingga pelemparan kursi tapi ia tidak membenarkan adanya penyekapan.
“Memang lampu padam saat itu. Persoalannya ada oknum tidak jelas siapa yang melempar sehingga teman-teman panitia terpancing, tapi tentang penyekapan itu tidak benar,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan tidak tahu menahu tentang siapa yang memukul Ketua IMSI KMFIB-Unhas.
“Soal pemukulan Ketua IMSI Unhas memang betul, tapi waktu lampu padam entah siapa yang memukul kita tidak tahu,” tambahnya.
Senada dengan pernyataan Ketua Panitia IMABSII VI, Wahyu Azis, delegasi Universitas Borneo Tarakan (UBT) juga tidak membenarkan adanya penyekapan tersebut.
“Dari proses penyekapan, sebenarnya tidak ada namanya penyekapan, tapi dalam proses itu ada yang meminta bantuan. Mungkin orang lain yang lewat saat itu menilainya sebagai penyekapan. Saya perwakilan dari Kalimantan tidak membenarkan adanya kejadian itu (baca: penyekapan),” jelasnya.
Lalas kurniawan, delegasi Universitas Negeri Malang (UM) yang merupakan salah satu kandidat Sekjen IMABSII yang berada di lokasi saat pemadaman lampu mengatakan tidak tahu persoalan penyekapan dan pemukulan.
“Soal penyekapan, mohon maaf saya tidak tahu karena saya di ruangan atau ada pemaksaan saya tidak tahu, posisi saya waktu itu ada di dalam. Soal pemukulan anak Unhas, waktu itu gelap jadi saya tidak tahu, mungkin anak-anak lain tahu karena posisi saya juga didepan dan anak Unhas sekiranya agak jauh di belakang,”jelasnya.
Atas kejadian ini, Reza, salah satu peserta Kongres IMABSII VI delegasi Universitas Bung Hatta Padang mengaku kecewa dengan kejadian itu.
“Kacewa banget dengan kejadian ini,” katanya.
Di akhir wawancara, Erlan Saputra mengatakan bahwa kejadian tersebut telah di musyawarahkan dengan melakukan tudang sipulung bersama peserta Kongres IMABSII VI.
“Semalam (20/4) sudah tudang sipulung, kami sudah meminta maaf kepada teman-teman yang merasa korban pada kejadian ini, baik secara fisik maupun secara batin,” tutupnya.
Rencananya, sidang penetuan Sekjen IMABSII akan dilanjutkan pada hari Sabtu (21/4). Hal ini disampaikan oleh Fitriani Sanong, Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi (Himaprodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) UNM.
“Rencananya hari Sabtu (21/4) ini dilanjutkan sidang kongres, setalah seluruh rangkaian kegiatan yang telah dijadwalkan sebelumnya selesai,” terangnya kepada Estetika.
Reporter: TIM ESTETIKA
Bagi yang ingin melakukan hak jawab atas berita ini, bisa mengirimkan hak jawabnya ke email:
haloestetika@gmail.com