Parangtambung, Estetika – Bengkel Sastra (Bestra) Dewan Mahasiswa (DEMA) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (JBSI) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) mengadakan Diskusi Buku di Panggung Daeng Pamatte FBS UNM, Rabu (29/9).
Kegiatan yang bertujuan untuk mendiskusikan sebuah novel yang berjudul “Pulau Sepi” karya Anas Regandhi ini merupakan salah satu rangkaian acara menyambut Milad 26 tahun Bengkel Sastra.
Foto: Milka Adriani/Estetikapers.
Adapun diskusi ini menghadirkan dua pemantik sekaligus pembedah buku, yakni Irfan Palippui selaku pegiat budaya dan literasi dan Zulhijjah selaku anggota adat Bestra.
Penulis Buku, Anas Regandhi, menjelaskan hal yang melatarbelakangi penciptaan novel ke empatnya tersebut karena beranggapan setiap manusia membutuhkan tempat yang sepi.
“Yang melatarbelakangi saya menulis novel ini karena anggapan saya bahwa setiap manusia membutuhkan yang namanya sepi. Saya pribadi untuk menghilangkan penat bukan ke tempat yang ramai melainkan ke tempat yang sepi,” jelasnya.
Di sisi lain, Pemantik sekaligus pembedah buku, Irfan Palippui, mengatakan bahwa penulis masih perlu mempertimbangkan logika dalam penulisan novel tersebut.
“Rasionalisasi atau logika ruang dan waktu perlu ditimbang sehingga riset penulis masih kurang. Contohnya tokoh-tokoh yang tersadar setelah terdampar di sebuah pulau akibat tenggelam, mereka spontan bersuka ria karena selamat. Secara logika orang yang pernah tenggelam berhari-hari dan kelaparan tentu tidak bereaksi demikian,” ujarnya.
Di samping itu, pemantik, Zulhijjah, mengungkapkan bahwa novel “Pulau Sepi” karya Anas Regandhi ini sangat menarik karena mengandung konflik yang membuat kita penasaran.
“Sangat menarik jika sepintas dilihat dari sampulnya. Di setiap cerita novel yang terdiri dari 34 bab ini, selalu mengandung rasa penasaran, dan mengandung konflik-konflik yang sangat membuat kita semakin penasaran akan ending dari cerita ini,” ungkapnya.
Reporter: Milka Adriani